Berapa sih jumlah hutang luar negeri Indonesia? Apakah pemerintah bisa membayarnya dengan jumlah hutang tersebut? Berikut penjelasannya!
Setiap negara memiliki hutang yang digunakan untuk menutup defisit anggaran akibat pembelanjaan negara yang lebih tinggi dari pendapatan yang dianggarkan.
Hutang pemerintah ini tidak memandang besar atau kecilnya negara. Bahkan berdasarkan data Global Crisis Response Group (GCRG) pada Juli 2023, sebanyak 70% dari total hutang publik global dimiliki oleh negara maju.
Amerika Serikat sebagai negara adidaya saja tercatat sebagai negara dengan jumlah hutang terbesar di dunia.
Baca juga: 10 Instrumen Pasar Modal, Pengertian dan Hal-Hal Seputarnya
Hutang pemerintah terjadi akibat adanya defisit pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Keperluan belanja negara untuk pembangunan ternyata lebih besar dibanding penerimaan negara dari Pajak, Bea Cukai, PNBP, hingga Hibah.
Melansir laman DJPPR Kementerian Keuangan, hutang Pemerintah digunakan untuk pembiayaan secara umum (general financing) dan untuk membiayai kegiatan atau proyek tertentu.
Untuk pembiayaan umum, hutang digunakan antara lain untuk membiayai Belanja produktif dan Penyertaan Modal Negara (PMN). Pemberian PMN memberi ruang gerak yang lebih besar bagi BUMN untuk melakukan leverage jika dibandingkan dengan belanja negara.
Pemanfaatan utang negara yang produktif serta sumber pembiayaan yang efisien dan berisiko rendah akan meringankan beban generasi mendatang.
Hutang Pemerintah secara umum dibagi dalam dua jenis, yaitu Surat Berharga Negara dan Pinjaman. Ada dua jenis SBN yang diterbitkan pemerintah yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Adapun, hutang pinjaman dibagi dalam dua jenis yaitu Utang Luar Negeri (ULN) dan Utang Dalam Negeri (UDN). ULN diterima dalam bentuk valuta asing baik tunai maupun kegiatan, sementara UDN diterima dalam bentuk rupiah berupa kegiatan.
Dalam praktiknya, pemerintah menjalankan 4 prinsip dalam pengelolaan hutang, yaitu:
Baca juga: Apa Itu Savings Bond Ritel? Arti, Istilah, & 5 Keuntungannya
Pembahasan dalam artikel ini akan fokus pada jumlah Utang Luar Negeri (ULN). Bank Indonesia sebagai bank sentral secara periodik selalu memberikan update tentang posisi ULN melalui keterangan resminya.
Terbaru, Bank Indonesia menerbitkan publikasi tentang posisi ULN Indonesia bulan April 2024. Dalam keterangannya, BI menyebut ULN Indonesia pada April 2024 mengalami penurunan.
Posisi ULN Indonesia pada April 2024 tercatat sebesar US$398,3 Miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada Maret 2024 yang sebesar US$404,8 Miliar.
Secara tahunan, ULN Indonesia mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 1,5% (yoy), setelah tumbuh sebesar 0,2% (yoy) pada Maret 2024. Penurunan tersebut bersumber dari ULN sektor publik dan swasta.
ULN pemerintah melanjutkan tren penurunan. Posisi ULN pemerintah pada April 2024 tercatat sebesar US$189,1 Miliar, turun dibandingkan dengan posisi pada bulan Maret 2024 sebesar US$192,2 Miliar.
Secara tahunan, ULN pemerintah mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,6% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi 0,9% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Penurunan posisi ULN pemerintah dipengaruhi oleh penyesuaian penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen investasi lain seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara fleksibel dan oportunistik dalam aspek timing, tenor, currency, dan instrumen untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal.
Sebagai salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan APBN, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor prioritas.
Antara lain mencakup Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (20,9% dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,6%); Jasa Pendidikan (16,8%); Konstruksi (13,6%); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,6%).
Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98% dari total ULN pemerintah.
Baca juga: Pengertian ORI (Obligasi Negara Ritel) dan Manfaatnya
ULN swasta juga mengalami penurunan. Posisi ULN swasta pada April 2024 tercatat sebesar US$195,2 Miliar, lebih rendah dibandingkan dengan US$198,0 Miliar pada Maret 2024.
Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan yang lebih dalam, dari sebesar 1,3% (yoy) menjadi 2,9% (yoy) pada April 2024.
Kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari perusahaan lembaga keuangan (financial corporations) dan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 5,7% (yoy) dan 2,2% (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; Jasa Keuangan dan Asuransi; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3% dari total ULN swasta.
ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,5% terhadap total ULN swasta.
Baca juga: Apa itu Floating Rate? Pengertian dan Kurang Lebihnya
Dalam keterangannya, Bank Indonesia menegaskan bahwa Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Hal itu tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,1% pada April 2024 dari 29,3% pada Maret 2024, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,1% dari total ULN.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian.
Itulah ulasan mengenai berapa jumlah hutang Indonesia. Kamu bisa membuka halaman Article OCBC untuk mendapatkan informasi menarik lain seputar keuangan dan perbankan.
Baca juga: Mengenal Investasi SBR 010 & Cara Belinya, Bantu Bangun Negara!