Menyusun laporan keuangan adalah salah satu cara menghitung keuntungan jualan.
Di era yang serba kompetitif seperti sekarang, penting bagi para pengusaha untuk mengetahui cara menghitung keuntungan jualan dengan baik.
Ya, akhir-akhir ini, tak sedikit usaha yang mulai redup akibat tingginya tingkat persaingan di berbagai industri.
Adapun salah satu penyebab fenomena tersebut adalah keterbatasan para pengusaha untuk mengelola keuangan mereka, terutama dalam hal beban dan pendapatan jualan.
Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman literasi keuangan lebih dalam seputar pendapatan atau keuntungan suatu usaha.
Nah, artikel kali ini secara khusus akan membahas cara menghitung keuntungan jualan yang perlu Sobat Cuan ketahui. Yuk, catat!
Ada beberapa komponen atau faktor penentu keuntungan jualan, di antaranya adalah:
Beban adalah segala biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha.
Ada dua jenis beban, di antaranya yaitu:
Beban operasional, yakni yang terkait dengan aktivitas utama perusahaan.
Beban non operasional, yakni yang terkait dengan aktivitas di luar bisnis utama, misalnya beban bunga.
Pendapatan merupakan total pemasukan atau dana yang diterima perusahaan dari hasil penjualan produk dan jasa.
Sama seperti beban, terdapat dua jenis pendapatan, antara lain yaitu:
Pendapatan usaha, yang diperoleh dari aktivitas bisnis inti, seperti penjualan produk atau jasa.
Pendapatan di luar usaha, yang diperoleh dari aktivitas di luar bisnis, seperti pendapatan sewa, bunga, atau investasi.
Laba kotor merupakan selisih antara jumlah pendapatan atau pemasukan dengan harga pokok penjualan.
Laba bersih adalah selisih antara laba operasi dengan barang non operasional.
Laba operasi merupakan selisih antara laba kotor dengan beban operasional.
Laba non-operasional adalah pendapatan atau beban yang tidak terkait dengan aktivitas bisnis utama, seperti bunga, dividen, kerugian piutang, dan lain sebagainya.
Baca juga: Laporan Keuangan Konsolidasi: Manfaat dan Cara Membuatnya
HPP atau Harga Pokok Penjualan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli barang dan jasa.
Dalam cara menghitung keuntungan jualan, tentunya dibutuhkan suatu rumus khusus.
Berikut ini beberapa rumus yang digunakan dalam perhitungan keuntungan usaha, baik pada bisnis skala kecil maupun besar, antara lain yaitu:
1. Rumus menghitung keuntungan jualan dengan cara sederhana
Keuntungan (Laba) = Total Pendapatan – Total Pengeluaran
2. Rumus menghitung keuntungan jualan untuk transaksi lebih banyak atau bisnis dengan skala yang lebih besar
Laba Kotor = Penjualan Bersih – HPP
Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha (Beban operasional dan non operasional)
Nah, setelah mengetahui rumusnya, kini saatnya kita beranjak ke cara menghitung keuntungan jualan.
Adapun cara menghitung keuntungan jualan adalah sebagai berikut:
Langkah pertama adalah mengidentifikasi setiap item biaya produksi secara rinci.
Terdapat dua jenis biaya produksi, di antaranya yaitu:
Fixed cost adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak tergantung pada kapasitas produksi, seperti gaji karyawan, biaya penyusutan, dan sewa gedung.
Variable cost adalah biaya yang tergantung pada besar atau kecilnya produksi, seperti biaya bahan baku.
Langkah berikutnya adalah menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP), yaitu total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Dalam hal ini, Sobat Cuan perlu memperhatikan daya beli konsumen yang menjadi target pasar.
Misalnya, jika target pasar adalah kalangan berpenghasilan menengah ke bawah, maka harga produk tidak boleh terlalu tinggi agar konsumen tidak beralih ke pesaing.
Berikut rumus menghitung HPP:
HPP = Total Bahan Baku + Total Produksi (BTKL + Overhead Pabrik) + Saldo Akhir Persediaan (Saldo Persediaan Awal – Saldo Persediaan Akhir)
Tahap berikutnya melibatkan penentuan jumlah persediaan bahan baku pada awal dan akhir periode.
Persediaan awal mengacu pada total bahan baku yang tersedia di awal periode.
Selain itu, saldo awal tersebut juga sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang tercatat dalam laporan neraca.
Baca juga: Pengertian Saldo Normal Akuntansi, Ini Jenis dan Contohnya!
Langkah selanjutnya adalah menghitung penjualan bersih, yang terdiri dari penjualan kotor, retur penjualan, dan potongan penjualan.
Berikut rumus menghitung penjualan bersih:
Penjualan Bersih = Total Penjualan – Potongan Penjualan – Retur Penjualan
Terakhir, kita perlu menyusun laporan laba rugi untuk menentukan harga jual kepada pelanggan, yang juga memengaruhi besarnya keuntungan serta perolehan pengembalian modal.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai bagaimana cara menghitung keuntungan jualan di atas, berikut contohnya:
Misalkan sebuah usaha bernama Gurih Sedap menjual produk cireng beku dalam kemasan box.
Dalam satu bulan, perusahaan tersebut mendapatkan omzet sebesar Rp1.000.000 tanpa adanya potongan penjualan atau retur. Adapun HPP dari produk tersebut adalah Rp250.000/box.
Lalu, berapakah keuntungan jualan dari bisnis Gurih Sedap tersebut?
Langkah pertama adalah menghitung laba kotor:
Laba Kotor = Penjualan Bersih – HPP
Laba Kotor = Rp1.000.000 – Rp250.000
Laba Kotor = Rp750.000
Selanjutnya, ada beban yang harus dikeluarkan oleh Gurih Sedap, yaitu upah pekerja sebesar Rp150.000 dan biaya iklan di Instagram sebesar Rp100.000.
Maka, langkah berikutnya adalah menghitung laba bersih:
Laba Bersih = Laba Kotor – Beban
Laba Bersih = Rp750.000 – (Rp150.000 + Rp100.000)
Laba Bersih = Rp500.000
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keuntungan jualan yang didapat oleh usaha Gurih Sedap pada bulan tersebut adalah sebesar Rp500.000.
Dari pembahasan di atas, kini Sobat Cuan sudah tahu kan bagaimana rumus dan cara menghitung keuntungan jualan.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, Sobat Cuan dapat mengelola pendapatan dan memaksimalkan keuntungan penjualan.
Demikian ulasan kali ini, jika tertarik membaca artikel lain seputar bisnis, keuangan, dan ekonomi, Sobat Cuan bisa langsung mengunjungi laman OCBC NISP.
Baca juga: 10 Karakteristik Laporan Keuangan Menurut PSAK, Yuk Catat!