Efek dari daya beli masyarakat menurun adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Saat daya beli masyarakat menurun, keseimbangan ekonomi suatu negara bisa saja terancam.
Penurunan daya beli ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya inflasi. Hal inilah yang sedang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.
Menurut data dari Bank Indonesia, telah terjadi penurunan Indeks Keyakinan Konsumen, yakni sebesar 117,2 pada September 2022 lalu,
Berdasarkan kondisi tersebut, apa yang akan terjadi jika daya beli masyarakat menurun?
Untuk mengetahui jawabannya, yuk simak penjelasannya di uraian berikut ini.
Akhir-akhir ini, tingginya inflasi menjadi penyebab utama turunnya daya beli masyarakat di Indonesia. Namun, bagaimana inflasi dapat memengaruhi daya beli masyarakat?
Sederhananya, inflasi membuat nilai mata uang menjadi turun sehingga daya beli pun juga melemah.
Melemahnya daya beli tersebut terjadi karena peningkatan harga yang dilakukan penjual sebagai upaya mendapatkan nilai agar tetap untung setelah terjadi inflasi.
Saat ini, menurut keterangan dari Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, diperkirakan bahwa inflasi di Indonesia dapat mencapai 7-7,5% hingga akhir tahun.
Padahal, rata-rata kenaikan upah minimum hanya 1% di tahun ini. Jadi, jika penghasilan yang dimiliki masyarakat tidak sejalan dengan inflasi, daya beli rumah tangga rentan minus hingga 6%.
Apabila hal ini terjadi secara berkelanjutan, maka perekonomian juga bisa terpuruk. Alhasil, taraf hidup akan turun karena kebutuhan terlalu mahal untuk dibeli oleh masyarakat umum.
Baca juga: Inflasi Indonesia naik ke 1.87%, apakah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi?
Perekonomian di suatu negara dapat dikatakan stabil apabila terdapat keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Lantas, apa yang terjadi jika daya beli masyarakat menurun?
Saat daya beli masyarakat menurun, pertumbuhan ekonomi sebuah negara dapat melambat.
Akan banyak usaha yang bangkrut atau mengalami kerugian karena masyarakat tidak melakukan pembelian terhadap produk mereka.
Dengan kata lain, perlambatan ekonomi ini juga dapat membuat pendapatan masyarakat cenderung stagnan bahkan menurun.
Jadi, jika dilihat secara keseluruhan, penurunan daya beli masyarakat memiliki dampak fatal terhadap pertumbuhan ekonomi dan menurunkan taraf kesejahteraan masyarakat.
Lantas, bagaimana cara mengatasi daya beli masyarakat yang menurun?
Selain pemerintah, pemilik bisnis juga dapat berkontribusi dalam mengatasi masalah penurunan daya beli masyarakat.
Bagi pelaku usaha, berikut ini beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menahan laju penurunan penjualan, meminimalisir penurunan perolehan laba, dan mengamankan keuangan usaha.
Apa yang bisa dilakukan pelaku bisnis untuk mengoptimalkan penjualan agar terus beroperasi?
Dalam hal ini, pelaku bisnis dapat melakukan promosi dan optimalisasi sumber daya yang tersedia.
Saat daya beli masyarakat menurun, kemampuan konsumen dalam membelanjakan uangnya juga terbatas.
Oleh karena itu, kompetisi perebutan konsumen akan sangat ketat. Inilah mengapa, pemilihan bentuk promosi perlu dilakukan secara hati-hati.
Sebab, jika tidak efektif, hal ini justru akan membebani biaya perusahaan atau bahkan menggerus perolehan laba usaha.
Sedangkan dalam hal optimasi penjualan, pemilik usaha dapat melakukan beberapa hal, misalnya sebagai berikut:
Baca juga: 10 Tips Menghadapi Inflasi Agar Keuangan Tetap Terlindungi
Untuk menekan kenaikan harga, pemilik usaha juga dapat mengurangi biaya dalam proses produksi, adapun caranya adalah sebagai berikut:
Cara selanjutnya adalah dengan menciptakan inovasi. Berpikir secara out of the box juga dapat menjadi solusi bagi perusahaan untuk keluar dari situasi sulit dan memberikan dampak positif bagi bisnis di jangka panjang.
Apalagi, inovasi bisa saja berupa hal sederhana dan tidak membutuhkan pembiayaan yang beresiko tinggi.
Itulah pembahasan seputar dampak, penyebab, dan hal-hal yang dapat dilakukan saat daya beli masyarakat menurun.
Agar Sobat OCBC NISP bisa mengambil keputusan keuangan yang tepat, yuk tetap update tentang segala informasi dan insight seputar finansial di blog OCBC NISP!
Baca juga: Inflasi Indonesia tembus 2%, overheating?