Depresiasi nilai tukar adalah penurunan exchange rate sebuah mata uang.
Depresiasi nilai tukar adalah suatu kondisi yang mungkin pernah Sobat OCBC NISP alami atau rasakan secara langsung, terutama saat pergi keluar negeri atau kembali ke tanah air.
Pasalnya, uang yang Anda miliki akan memiliki nilai yang berbeda saat digunakan di dalam dan luar negeri.
Ternyata, dampak depresiasi nilai tukar tidak hanya itu saja. Bahkan, nilai ekspor dan impor dalam perdagangan internasional juga akan dipengaruhi oleh kondisi ini.
Mau tahu lebih lanjut seputar pengertian dan akibat depresiasi nilai tukar rupiah? Yuk, simak selengkapnya di artikel ini!
Singkatnya, depresiasi nilai tukar adalah penurunan exchange rate mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Contoh depresiasi nilai tukar rupiah adalah ketika nilai 1 dollar AS mengalami peningkatan dari Rp14.100 menjadi Rp13.800. Dalam kasus tersebut, berarti rupiah mengalami depresiasi sebesar Rp300.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, depresiasi mata uang akan sangat berpengaruh pada perekonomian, khususnya perdagangan dan transaksi keuangan internasional.
Apa yang menyebabkan depresiasi nilai tukar? Umumnya, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap valuta asing disebabkan oleh beberapa faktor di bawah ini:
Faktor pertama yang memengaruhi apresiasi dan depresiasi nilai tukar adalah neraca perdagangan.
Jika sebuah negara mengalami defisit transaksi, maka hal tersebut dapat menyebabkan depresiasi mata uang domestik.
Sebaliknya, jika transaksi berada di kondisi surplus, maka itu dapat membuat mata uang domestik mengalami apresiasi atau kenaikan nilai.
Kenapa bisa begitu? Sebab, saat melakukan ekspor, Anda membutuhkan mata uang domestik untuk pembayaran.
Jika permintaan untuk mata uang domestik meningkat, maka nilainya pun juga akan ikut naik. Alhasil, mata uang domestik akan terapresiasi terhadap mata uang mitra dagang.
Sebaliknya, saat melakukan impor, Anda membutuhkan mata uang mitra dagang untuk transaksi.
Saat permintaan mata uang mitra dagang meningkat, nilainya pun juga akan ikut terapresiasi.
Baca juga: Ini Dia 7 Investasi Mata Uang Asing Paling Diincar & Tipsnya
Selain neraca perdagangan, tingkat inflasi juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi depresiasi nilai tukar.
Dalam praktiknya, tingginya inflasi domestik membuat barang lokal kurang kompetitif di pasar internasional.
Dampaknya, permintaan barang domestik menurun, jumlah ekspor berkurang dan mata uang lokal pun terdepresiasi.
Faktor lain yang bisa menjadi penyebab depresiasi nilai tukar adalah suku bunga, karena rendahnya suku bunga domestik akan mempersempit selisih spread dengan suku bunga internasional.
Dalam kondisi seperti ini, banyak investor asing yang lebih memilih pergi dari negara tersebut untuk mencari return lebih tinggi di pasar global.
Sekali lagi, pencabutan modal tersebut akhirnya berdampak kepada depresiasi atau melemahnya nilai mata uang domestik.
Sering kali orang menganggap istilah devaluasi dan depresiasi nilai tukar adalah hal yang sama, karena keduanya sama-sama merujuk pada makna penurunan nilai mata uang.
Padahal, kedua istilah ini sebenarnya memiliki beberapa perbedaan, di antaranya adalah sebagai berikut:
Devaluasi mata uang adalah penurunan nilai currency yang terjadi akibat kebijakan dari pemerintah suatu negara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah ekspor.Sedangkan depresiasi nilai tukar adalah penurunan mata uang dengan tidak sengaja. Penyebabnya adalah karena penawaran dan permintaan mata uang di pasar.
Baca juga: Apa itu Pips dalam Forex? Nilai Tukar dan Cara Menghitungnya
Hal lain yang membedakan devaluasi dan depresiasi nilai tukar adalah dampaknya.
Seperti dalam penjelasan sebelumnya, devaluasi mata uang dilakukan untuk meningkatkan ekspor dan menguntungkan eksportir.
Dengan adanya devaluasi, kegiatan produksi di sebuah negara akan meningkat dan produk impor pun bisa berkurang.
Selain itu, devaluasi mata uang juga menimbulkan dampak positif terhadap perekonomian dalam jangka pendek, sebab devaluasi dipandang sebagai upaya kontrol nilai mata uang.
Sementara depresiasi justru mengakibatkan harga barang impor relatif lebih mahal dan produk impor lebih murah.
Jika volume ekspor dan impor berubah secara lambat, maka hal ini dapat menyebabkan defisit perdagangan yang semakin besar.
Karena bukan sebuah kesengajaan, maka pengendaliannya pun lebih sulit.
Meski pemerintah dapat mengambil kebijakan moneter untuk mengendalikan depresiasi, namun hasilnya tetap tergantung pada kekuatan pasar.
Selain menyebabkan nilai tukar rupiah menurun, apa saja dampak lain yang bisa terjadi karena depresiasi nilai tukar?
Depresiasi mata uang juga dapat mengakibatkan peningkatan jumlah pasokan produk luar negeri di pasar domestik.
Untuk menyikapinya, produsen lokal dapat melakukan produksi lebih banyak agar bisa bersaing dengan produk-produk asing tersebut.
Jika kualitas dan jumlah produk lokal meningkat, tentu akan ada lebih banyak orang yang membeli barang domestik.
Saat jumlah produksi meningkat, permintaan untuk produk pun bisa terdongkrak.
Secara bertahap, hal ini bisa mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik bagi negara tersebut.
Bila depresiasi mata uang disebabkan oleh faktor selain inflasi, suku bunga tidak akan terpengaruh secara negatif.
Namun, jika depresiasi disebabkan oleh inflasi, tingkat suku bunga bisa saja naik. Dalam hal ini, pemerintah dapat mengendalikannya dengan memberlakukan pembatasan suku bunga.
Ternyata, depresiasi nilai tukar adalah kondisi yang sangat berdampak bagi perekonomian negara.
Jadi, pengaruhnya tidak hanya terkait dengan nilai mata uang yang berubah ketika digunakan di negara lain. Bahkan, ia juga bisa memengaruhi kegiatan ekspor maupun impor.
Dari penjelasan di artikel ini, semoga Sobat OCBC NISP bisa mendapatkan pengetahuan baru beserta manfaatnya, ya. Yuk, simak konten lainnya dengan topik seputar bisnis dan keuangan hanya di Blog OCBC NISP.
Baca juga: 10 Mata Uang Terendah di Dunia Tahun 2021, Cek Daftarnya!