Biaya marginal adalah ongkos ekstra untuk membuat sebuah unit tambahan.
Biaya marginal adalah cost yang dikeluarkan ketika Sobat OCBC NISP perlu menambahkan ongkos produksi dikarenakan permintaan tambahan.
Dalam ruang lingkup biaya produksi, marginal cost berperan sebagai salah satu kunci untuk memaksimalkan keuntungan dan mencegah kerugian.
Pasalnya, biaya marginal membantu pengusaha untuk mengetahui target output yang diperlukan agar mencapai titik untung dari awal produksi.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang cara menghitung biaya marginal dan contohnya, baca selengkapnya di uraian berikut ini.
Biaya marginal adalah ongkos yang muncul dalam proses produksi dikarenakan adanya tambahan barang atau jasa.
Contohnya begini, seorang pemilik usaha biasanya membutuhkan biaya produksi sebanyak satu juta untuk lima buah baju.
Nah, ternyata ada peningkatan permintaan sebesar sepuluh baju. Untuk bisa menghasilkan tambahan unit tersebut, pemilik usaha tersebut perlu menambahkan biaya sebesar seratus ribu. Nah, biaya tambahan inilah yang disebut dengan marginal cost.
Karena jumlahnya yang berubah-ubah, maka biaya ini umumnya diturunkan dari variable cost seiring dengan perubahan output agar tidak ada tambahan fixed cost ketika memproduksi unit extra.
Seperti yang telah disebutkan di awal, marginal cost membantu pemilik usaha mengetahui target output untuk sampai di titik profit. Caranya adalah dengan membandingkan pendapatan marginal dengan biaya marginalnya.
Jika pendapatan marginal yang dihasilkan sama dengan biaya marginalnya, maka output yang dihasilkan dapat memaksimalkan laba.
Namun, jika pendapatan marginal yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya marginalnya, maka produksi harus ditingkatkan demi memaksimalkan profit.
Di sisi lain, jika pendapatan marginal yang dihasilkan lebih besar daripada biaya marginalnya, maka produksi dapat diturunkan demi memaksimalkan laba.
Perhitungan inilah yang membantu para pemilik usaha dalam pengambilan keputusan dan perencanaan bisnis agar dapat memaksimalkan profit.
Contoh biaya marginal dapat dilihat dari proses produksi. Misalnya, seorang pemilik usaha kue kering tiap harinya memproduksi tiga puluh toples kue dengan bantuan empat karyawan dan tiga mesin. Suatu hari, ketika mendekati lebaran permintaan kue tiba-tiba meningkat sebanyak enam puluh toples.
Demi menuruti permintaan pasar dan mempercepat proses produksi, pemilik usaha tersebut dapat menambah dua karyawan baru dan satu mesin lagi. Meskipun begitu, ruangan dapur yang digunakan tidak perlu diperluas.
Kenapa dapur tidak perlu diperluas sedangkan mesin dan karyawan ditambah? Jawabannya adalah karena dapur merupakan bagian dari fixed cost atau biaya tetap, sedangkan jumlah karyawan dan mesin termasuk dalam biaya marginal.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa demi memaksimalkan keuntungan, biaya tetap tidak berubah meskipun ada perubahan output. Hal ini karena tambahan ongkos tersebut diturunkan dari variable cost produksi seperti ongkos bahan baku dan lain sebagainya.
Karena biaya marginal adalah cost yang dibutuhkan untuk membuat unit tambahan, maka cara menghitungnya dapat dilakukan dengan tiga tahap ini.
Langkah pertama dalam menghitung biaya marginal adalah mengetahui perubahan jumlah produk setelah adanya tambahan permintaan.
Setelah mengetahui perubahan jumlah produksi, maka tahapan selanjutnya untuk menghitung biaya marginal adalah mengetahui selisih biaya total.
Untuk mengetahuinya, Anda bisa mengurangi total biaya produksi lama dengan yang baru. Selisih yang didapatkan itulah nilai total perubahan biaya produksi.
Nah, setelah mengetahui total perubahan kuantitas produk dan biayanya, langkah selanjutnya dalam penetapan biaya marginal adalah membagi keduanya. Berikut ini rumus biaya marginal yang dapat digunakan.
MC= TC/Q
MC = Marginal cost (Biaya marginal)
TC = Total Cost (perubahan total biaya produksi)
Q = Quantities (perubahan jumlah produk)
Contohnya, misal total biaya produksi 10 potong baju adalah Rp5.000.000. Namun, setelah ada tambahan permintaan menjadi 15 potong, biaya total berubah menjadi Rp7.000.000 karena adanya peningkatan biaya bahan baku dan ongkos tenaga kerja sebesar Rp2.000.000.
Dari kasus ini, kita dapat menghitung biaya marginalnya dengan cara
MC = (Rp7.000.000-Rp5.000.000) / (15-10)
MC = Rp400.000
Kesimpulannya, biaya optimal produksi agar pengusaha tersebut mendapat keuntungan adalah sebesar Rp400.000.
Dalam visualisasi grafik, biaya marginal digambarkan dengan bentuk kurva U. Bentuk tersebut memiliki makna bahwa jika biaya marginal adalah lebih rendah dibandingkan ongkos produksi rata-rata, maka pemilik usaha berada di skala ekonomis.
Makna skala ekonomis pada kurva biaya marginal adalah suatu kondisi ketika pemilik usaha bisa memaksimalkan profit dengan jumlah produksi yang efisien dan hemat biaya.
Sebaliknya, jika biaya marginal adalah lebih tinggi daripada ongkos produksi rata-rata, maka perusahaan berada di skala disekonomi. Maksudnya, pemilik usaha memerlukan biaya yang lebih besar daripada peningkatan output.
Untuk menyiasatinya, pemilik usaha disarankan untuk tidak menambah unit produksi demi menghindari kerugian.
Demikian pembahasan tentang biaya marginal mulai dari pengertian, fungsi, contoh hingga cara menghitungnya. Dengan memahami marginal cost, diharapkan para pelaku usaha dapat membuat keputusan bisnis yang tepat untuk memaksimalkan profit.
Jika Sobat OCBC NISP tertarik dengan informasi lain terkait finansial dan bisnis, silakan berkunjung ke Blog OCBC NISP!
Baca juga: