Apakah derivatif adalah instrumen investasi yang cocok untuk Anda? Yuk simak!
Derivatif adalah sebuah perjanjian penukaran pembayaran atau kontrak bilateral yang nilainya berasal dari produk turunan. Peluang keuntungan derivatif akan sangat bergantung pada kinerja aset yang terdapat di spot market.
Nah uniknya, derivatif ternyata juga bisa dijadikan sebagai salah satu instrumen investasi. Bagaimana bisa? Jangan khawatir, OCBC akan merangkumnya khusus untuk Anda kali ini. Check this out!
Derivatif adalah kontrak perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan tujuan untuk menjual atau membeli aset maupun komoditas. Nantinya, kontrak tersebut akan berfungsi sebagai objek perdagangan. Harga nilai kontrak ini harus disetujui oleh kedua belah pihak. Hal itu juga turut dipengaruhi oleh harga nilai aset atau komoditas induk.
Derivatif adalah instrumen investasi yang terdiri atas beberapa produk keuangan dan telah diawasi oleh BEI. Berbagai produk keuangan tersebut seperti saham, mata uang, obligasi, tingkat suku bunga, indeks saham, indeks obligasi, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, jika produk derivatif adalah komoditas, maka pengawasannya dilakukan oleh BAPPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi).
Jadi sederhananya, cara kerja derivatif adalah produk investasi berbasis kontrak perjanjian perdagangan. Derivatif juga termasuk sebagai investasi yang memiliki risiko tinggi karena lebih memanfaatkan perkiraan harga di masa depan dengan potensi imbal hasil besar.
Transaksi atau perjanjian derivatif adalah kegiatan investasi yang telah dilandasi dasar hukum sehingga keamanannya terjamin. Berikut beberapa dasar hukum terkait pelaksanaan derivatif adalah:
Sekali lagi, derivatif adalah salah satu instrumen investasi yang aman. Jika Anda tertarik berinvestasi melalui derivatif, Anda perlu menyiapkan dana segera dan memahami jenis derivatif apa yang cocok untuk mencapai tujuan investasi Anda ke depannya.
Selanjutnya, Anda juga perlu mengetahui implementasi pajak pada instrumen derivatif. Mengacu pada dasar hukum derivatif adalah Peraturan Pemerintah RI No. 17 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan di Bursa.
Dalam PP tersebut, dijelaskan bahwa pajak yang dikenakan pada transaksi derivatif adalah tergolong PPh final. Tarif dari PPh final adalah sebesar 2,5% berdasarkan margin awal.
Transaksi derivatif adalah produk investasi yang pada dasarnya diciptakan untuk melindungi nilai atau harga dari suatu komoditas di masa depan. Menilik kembali pada sejarah dan awal mulanya, yaitu munculnya derivatif adalah guna melindungi harga gandum di Chicago saat itu.
Misalnya di Indonesia sendiri, Bank Indonesia pada tahun 2017 sempat membantu BUMN agar dapat memanfaatkan instrumen derivatif untuk mengatasi anjloknya nilai tukar rupiah. Selain itu, instrumen derivatif juga bisa meminimalisir jika terjadi kerugian dan risiko keuangan perusahaan.
Jenis-jenis instrumen derivatif dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk. Secara umum, instrumen derivatif dibagi menjadi 2 bagian, yaitu derivatif yang dijual di pasar sekunder dan derivatif di luar bursa. Berikut beberapa jenis dan contoh derivatif.
Kontrak Serah
Kontrak serah adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk menyerahkan atau membeli aset maupun komoditas dengan harga, jumlah, dan tanggal penyerahan yang sudah disetujui. Kontrak serah bisa dikatakan selesai apabila komoditas atau valuta asing diserahkan secara fisik atau penyerahan secara neto.
Kontrak Berjangka
Kontrak berjangka dalam derivatif adalah perjanjian perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk menyerahkan atau membeli aset maupun komoditas dengan harga, jumlah, dan tanggal penyerahan yang sudah disetujui. Perbedaannya dengan kontrak serah adalah kontrak berjangka diperdagangkan secara teratur di bursa berjangka, yaitu tempat dilakukannya transaksi kontrak berjangka.
Kontrak opsi
Kontrak opsi adalah salah satu instrumen derivatif yang banyak digunakan untuk berlindung dari risiko atau nilai (hedging). Terdapat 2 jenis kontrak opsi, yaitu opsi jual serta opsi beli.
Opsi jual atau put option adalah memberikan hak kontrak kepada pemiliknya untuk menjual suatu aset tertentu. Sedangkan opsi beli atau call option adalah memberikan hak kontrak kepada pemiliknya untuk membeli suatu aset tertentu.
Pemilik opsi memiliki hak, namun mereka tidak berkewajiban melakukan transaksi dengan harga yang ditentukan dalam kontrak opsi.
Swap
Jenis terakhir dari derivatif adalah swap, yaitu kontrak untuk saling menukar arus kas dalam jangka waktu tertentu dan dilakukan secara terus-menerus. Contoh transaksi swap yang biasa dilakukan seperti interest rate swap.
Interest rate swap dikaitkan dengan nilai atau harga apapun yang cenderung fluktuatif. Fungsi dari swap tersebut lazimnya sebagai pelindung perusahaan dalam menghadapi fluktuasi suku bunga. Swap umumnya dapat dinegosiasikan secara langsung oleh kedua belah pihak pemilik kontrak atau lebih.
Seperti yang Anda ketahui bahwa derivatif adalah produk investasi berbentuk kontrak perdagangan. Artinya, risiko dari instrumen investasi ini pun tinggi, meskipun keuntungannya besar.
Pada kenyataannya, proses pelaksanaan instrumen derivatif sangat kompleks dan rinci. Walaupun bertujuan melindungi nilai tukar rupiah, perusahaan yang menggunakan produk derivatif bukan berarti bisa terbebas dari risiko yang ada.
Seperti telah dijelaskan di atas, derivatif akan lebih condong menggunakan perkiraan harga yang ada di masa depan. Oleh karena itu, wajar jika instrumen investasi ini memiliki risiko tinggi, bahkan dapat dibilang melebihi risiko saham.
Itulah ulasan seputar pengertian derivatif dan contohnya lengkap hingga manfaat dan resikonya. Siapa sangka, ternyata sebuah kontrak perjanjian pun bisa jadi salah satu peluang yang menjanjikan. Nah dari penjelasan di atas, apakah profil risiko investasi Anda sesuai dengan derivatif? Agar tidak salah pilih instrumen investasi, yuk langsung pelajari di artikel-artikel OCBC lainnya!