Interest rate adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh suatu bank untuk pinjaman. Ketahui penjelasan selengkapnya tentang interest rate di sini.
Transaksi keuangan konvensional tidak lepas dari interest rate, atau istilah lainnya suku bunga. Hal tersebut dikarenakan interest rate adalah salah satu perangkat lindung nilai dalam proses pinjam-meminjam, baik antar instansi atau perseorangan. Jadi, apa itu interest rate sebenarnya dan bagaimana cara menghitungnya? Simak bahasan berikut.
Interest rate adalah salah satu unsur penting dalam perekonomian nasional. Jika didefinisikan, interest rate adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan saat sebuah bank memberikan pinjaman kepada nasabah. Tingkat suku bunga ini juga berlaku saat nasabah menyimpan uang mereka di bank.
Alasan pengenaan interest rate dalam transaksi pinjam meminjam adalah adanya nilai sekarang (present value) dan nilai masa depan (future value) dalam uang. Umumnya, uang yang kita miliki di masa sekarang nilainya akan berkurang di masa depan.
Contoh singkatnya seperti ini, harga beras pada tahun 2010 adalah sebesar Rp6,702/kg. Akan tetapi pada tahun 2020, harganya menjadi Rp12,213/kg. Uang yang tadinya dapat digunakan membeli 2 kg beras di tahun 2010, hanya bisa untuk 1 kg saja 10 tahun kemudian.
Setelah membahas apa itu interest rate, kali ini kita akan membahas sekilas tentang interest rate Indonesia. Di negara kita, satu-satunya lembaga yang berhak menentukan interest rate adalah Bank Indonesia.
Per 2021, interest rate Indonesia adalah sebesar 3,5% dan suku bunga deposit 2,75%. Ini merupakan angka maksimal yang diterapkan BI agar bank dan penyedia kredit tidak menetapkan bunga terlalu tinggi kepada nasabahnya.
Interest rate memiliki beberapa tipe berbeda tergantung yang dipilih bank tempat Anda meminjam dana. Adapun tipe-tipe interest rate adalah sebagai berikut,
Bunga Tetap (Fixed Rate)
Tipe pertama interest rate adalah bunga tetap, atau istilah bahasa Inggrisnya disebut fixed rate. Jika Anda melakukan peminjaman dengan bunga fixed, maka Anda tidak perlu khawatir terjadi kenaikan suku bunga di masa depan.
Misalnya, hari ini Anda mengambil pinjaman dengan interest rate 5% dengan skema bunga tetap. Keesokan hari, interest rate nasional naik menjadi 7%. Interest rate Anda akan tetap 5% meski secara nasional seluruh bunga pinjaman berubah.
Kelemahan pinjaman dengan bunga tetap adalah biasanya jumlahnya lebih tinggi dari bunga umum yang ditentukan bank. Misalnya bank Anda umumnya menetapkan bunga 3%. Jika memilih skema fixed rate, Anda bisa mendapat bunga sebesar 3,2%
Bunga Mengambang (Floating Rate)
Tipe selanjutnya interest rate adalah floating rate, bunga yang jumlahnya fleksibel mengikuti interest rate nasional. Jika Anda mengambil pinjaman dengan skema bunga mengambang, maka sewaktu-waktu bunga pinjaman dapat berubah mengikuti perkembangan pasar.
Sekilas skema bunga mengambang tampak lebih menguntungkan dibanding bunga tetap. Akan tetapi, sewaktu-waktu bunga pasar akan meningkat di atas bunga tetap, sehingga pembayaran pinjaman Anda tiba-tiba akan bertambah banyak.
Ada beberapa cara menghitung interest rate, yaitu dengan menggunakan perhitungan flat dan efektif. Selengkapnya cara menghitung interest rate berikut simulasinya ada di bawah ini.
Perhitungan Flat
Cara menghitung interest rate yang pertama adalah dengan menggunakan perhitungan flat. Perhitungan ini adalah perhitungan bunga paling sederhana, karena bunganya tidak berubah (fixed rate).
Contoh kasus:
Pak Surya melakukan pinjaman bank sebesar Rp50 juta dengan bunga 5% fixed rate selama 2 tahun. Dengan demikian, tagihan kredit bulanan Pak Surya yaitu:
Tagihan kredit/bulan = Rp50,000,000 / 24 bulan = Rp2,083,400/bulan
Bunga (fixed)/bulan = Rp2,083,400 X 5% = Rp104,167/bulan
Total tagihan = Rp2,083,400 + Rp104,167 = Rp2,187,567/bulan
Jadi, jumlah tagihan kredit bulanan yang harus Pak Surya bayar adalah sebesar Rp2,187,567 setiap bulan.
Perhitungan Efektif
Alternatif berikutnya perhitungan interest rate adalah skema perhitungan efektif. Jika menggunakan skema efektif, jumlah bunga akan terus berkurang tiap bulannya. Umumnya skema ini digunakan dalam pembelian properti seperti rumah, tanah, dan bangunan.
Contoh kasus:
Stefani membeli rumah seharga Rp350 juta dengan bunga 5% fixed rate selama 35 bulan. Skema perhitungan bunga yang dipilih Stefani adalah perhitungan efektif. Dengan demikian, tagihan kredit bulanan Stefani adalah:
Tagihan kredit/bulan = Rp350,000,000 / 35 bulan = Rp10,000,000
Bunga bulan ke-1 = [Rp350,000,000 - (1-1) X Rp10,000,000] X 5% / 12 = Rp1,458,334
Total tagihan ke-1 = Rp10,000,000 + Rp1,458,334 = Rp11,458,334
Bunga bulan ke-2 = [Rp350,000,000 - (2-1) X Rp10,000,000] X 5% / 12 = Rp1,416,667
Total tagihan ke-2 = Rp10,000,000 + Rp1,416,667 = Rp11,416,667
Bunga bulan ke-3 = [Rp350,000,000 - (3-1) X Rp10,000,000] X 5% / 12 = Rp1,375,000
Total tagihan ke-3 = Rp10,000,000 + Rp1,375,000 = Rp11,375,000
Seterusnya sampai bulan ke-35, yaitu sebagai berikut.
Bunga bulan ke-35 = [Rp350,000,000 - (35-1) X Rp10,000,000] X 5% / 12 = Rp41,667
Total tagihan ke-35 = Rp10,000,000 + Rp41,667 = Rp10,041,667
Demikianlah bahasan tentang apa itu interest rate, tipe-tipe, dan cara menghitungnya. Meski tidak disukai sebagian orang, interest rate adalah komponen tak terpisahkan dari transaksi keuangan. Jika Anda masih aktif bertransaksi di lembaga keuangan di Indonesia, sebaiknya Anda memahami konsep interest rate agar dapat lebih bijak mengambil keputusan finansial.