KPR adalah salah satu jenis cicilan rumah yang ada di Indonesia. Lantas, apa perbedaan kpr syariah dan konvensional? Simak selengkapnya di sini!
Salah satu cara untuk mendapatkan rumah impian adalah menggunakan KPR. KPR adalah kredit pemilikan rumah yang secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu KPR konvensional dan Syariah. Lantas, apa perbedaan KPR syariah dan konvensional?
Nah, pada kesempatan kali ini, OCBC NISP akan mengajak Anda untuk membahas secara tuntas perbedaan KPR syariah dan KPR konvensional mulai dari besarnya bunga, lama tenor, dan lain-lain. Jadi, jangan sampai terlewatkan, ya!
Kredit Pemilikan Rumah atau KPR adalah jenis kredit yang menawarkan pinjaman untuk nasabah yang akan membeli rumah. Lembaga keuangan penyedia layanan KPR tidak hanya dijumpai pada bank, tetapi telah berkembang pada housing financing.
House financing adalah perusahaan keuangan yang menyalurkan pembiayaan KPR dari lembaga sekunder untuk digunakan dalam kebutuhan membangun rumah di perumahan.
Prinsip KPR adalah lembaga keuangan membiayai terlebih dahulu biaya pembelian atau pembangunan rumah dari nasabah. Kemudian nasabah akan mencicil pinjaman yang telah diberikan dengan besaran suku bunga tertentu.
Adanya suku bunga sebagai bentuk balas jasa dari lembaga keuangan yang telah memberikan pinjaman. Perlu diketahui juga, sertifikat tanah dan rumah yang telah dibangun akan dijadikan jaminan dalam KPR itu sendiri.
KPR syariah adalah jenis KPR yang memiliki persamaan terhadap KPR konvensional dalam hal tujuan dan teknis penerapannya. Perbedaannya hanya terletak pada sistem balas jasanya.
Apabila balas jasa pada KPR konvensional berupa suku bunga, namun pada KPR syariah berupa bagi hasil antara nasabah dan pihak lembaga keuangan. Sebab layaknya sistem keuangan dan perbankan syariah harus bebas riba.
Pembiayaan rumah dengan KPR syariah sendiri memiliki jangka pendek, menengah, atau panjang. Tergantung permintaan dan kesediaan nasabah. Prinsip yang digunakan untuk membiayai pembelian dan pembangunan rumah yakni berdasarkan akad syariah agama Islam.
Perbedaan yang paling menonjol antara KPR konvensional dan KPR syariah terletak pada proses transaksi. Pada KPR konvensional alat transaksi yang digunakan berupa uang, sementara KPR syariah menggunakan transaksi barang.
Simak perbedaan lebih jauh mengenai KPR konvensional dan syariah berikut ini yang bisa menjadi pertimbangan sebelum membeli rumah.
Perbedaan KPR syariah dan konvensional yang pertama terletak pada akad jual beli. Akad transaksi pada KPR konvensional adalah kesepakatan antara nasabah dan pihak bank yang menyetujui biaya pinjaman kredit ditambah dengan bunga KPR dan biaya lainnya.
Sementara untuk akad KPR syariah menggunakan jenis akad murabahah. Akad murabahah adalah kesepakatan jual beli, di mana bank syariah akan membeli rumah yang diinginkan nasabah. Lalu rumah tersebut akan dijual oleh bank syariah kepada nasabah.
Karena nasabah belum memiliki dana yang cukup, maka proses pembelian rumah kepada bank syariah dilakukan secara mencicil. Selama nasabah mengangsur, bank syariah tidak menambahkan bunga sehingga transaksi bebas riba.
Pihak bank syariah memperoleh keuntungan dari penjualan rumah yang telah disepakati bersama. Besaran angsuran rumah akan tetap hingga jangka waktu yang telah disepakati.
Perbedaan KPR syariah dan konvensional selanjutnya dapat dilihat pada suku bunga KPR. Pada KPR konvensional menerapkan suku bunga yang sifatnya tidak tetap untuk nasabah. Artinya besara bunga yang dibayarkan tidak selalu sama. Perubahan bersifat fluktuatif tergantung perkembangan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Untuk lebih memahami suku bunga KPR konvensional perhatikan simulasi berikut. Pada 2 tahun pertama, tingkat bunga KPR konvensional sebesar 6%. Periode selanjutnya, suku bunga mengalami perkembangan atau floating menjadi 10% karena acuan Bank Indonesia atas pembayaran cicilan per bulan.
Akibatnya besaran cicilan periode tersebut juga berubah mengikuti suku bunga yang berubah-ubah sesuai acuan dari Bank Indonesia. Berbeda dengan KPR syariah dimana tidak mengenal suku bunga karena bebas riba.
Keuntungan yang didapatkan oleh bank syariah diambil dari hasil penjualan rumah kepada nasabah. Sehingga besaran angsuran KPR syariah tiap bulan hingga akhir jatuh tempo akan tetap sama.
Jangka waktu melakukan kredit KPR menjadi salah satu pertimbangan dalam mengambil pinjaman KPR. Karena periode pelunasan akan mempengaruhi jumlah cicilan KPR setiap bulan.
Dalam masa periode pelunasan sendiri terdapat perbedaan KPR syariah dan konvensional. Pada bank konvensional menyediakan jangka waktu yang cukup lama pada kredit KPR. Biasanya sekitar 20 hingga 30 tahun.
Bank berani memberikan jangka waktu yang lama karena semakin lama nasabah membayar cicilan dengan suku bunga fluktuatif maka semakin menguntungkan pihak bank. Berbeda dengan KPR syariah dimana jangka waktu yang diberikan tidak terlalu lama.
Jangka waktu panjang yang bisa diberikan bank syariah selama 10 hingga 15 tahun. Hal ini terjadi karena bank tidak mengambil bunga dari nasabah melainkan keuntungan dari hasil penjualan rumah.
Setiap lembaga keuangan seperti bank menerapkan sanksi berupa denda apabila nasabah terlambat membayar cicilan. Besaran biaya keterlambatan berdasarkan kebijakan masing-masing bank.
Sanksi denda ini tidak berlaku pada KPR syariah. Pada KPR syariah tidak menerapkan aturan denda atas keterlambatan nasabah dalam membayar angsuran. Sehingga nasabah KPR syariah lebih diuntungkan.
Besaran jumlah angsuran menjadi perbedaan KPR syariah dan konvensional yang terakhir. Pada KPR konvensional, nominal angsuran yang harus dicicil tidak selalu sama. Jumlah cicilan dari KPR konvensional mengikuti tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia.
Sementara untuk KPR syariah, besaran cicilan tiap bulan telah ditetapkan sejak awal. Sehingga besaran cicilan KPR syariah akan tetap dari awal kredit hingga selesai. Sayangnya, jumlah cicilan kredit KPR biasanya cukup tinggi dibandingkan KPR konvensional untuk rumah dengan harga yang sama.
Salah satu penyebabnya karena perbedaan KPR syariah dan konvensional dalam jangka waktu. Jangka waktu yang pendek pada KPR syariah membuat beban biaya cicilan tiap bulan lebih besar.
Setelah mengetahui perbedaan KPR syariah dan konvensional tentu membuat Anda sedikit bingung harus memilih yang mana diantara salah satunya. Nah dalam menentukan jenis KPR yang akan dipilih sebaiknya Anda sebagai nasabah mempertimbangkan beberapa hal.
Apabila Anda dapat melunasi cicilan dari KPR dengan jangka waktu yang pendek sekitar 1- hingga 15 tahun, maka KPR syariah merupakan pilihan terbaik. Mungkin Anda merasa tidak nyaman jika berhutang terlalu lama pada pihak bank.
Maka KPR syariah dengan periode yang singkat merupakan alternatif untuk dijadikan dalam membeli rumah dengan KPR. Tetapi jika kemampuan Anda dalam mencicil tiap bulannya tidak terlalu besar, maka disarankan memilih KPR konvensional.
Sebab jangka waktu yang ditawarkan oleh KPR konvensional cenderung lama. Sehingga berpengaruh pada jumlah cicilan tiap bulan yang tidak terlalu besar.
Pertimbangan kedua dalam menentukan jenis KPR yang tepat dengan mengukur kemampuan finansial Anda. KPR konvensional memiliki besaran suku bunga yang berubah-ubah sehingga Anda harus siap apabila suku bunga meningkat.
Apabila Anda ingin mencari kondisi yang aman dan stabil, maka KPR syariah menjadi pilihan yang baik. Karena besaran angsuran tiap bulan dari KPR syariah tetap.
Pada KPR syariah menawarkan kebebasan kepada nasabah untuk melakukan negosiasi pilihan rumah dengan bank syariah. Bahkan, beberapa KPR syariah mengizinkan nasabah untuk tidak meneruskan kredit yang pertama dan mengganti rumah yang sesuai dengan kebutuhan.
Berbeda dengan KPR konvensional yang tidak menyediakan fasilitas tersebut. Apabila suatu saat Anda ingin mengganti rumah yang lebih besar akibat jumlah anak meningkat, KPR syariah bisa menjadi alternatif terbaik.
Sebenarnya tidak ada salahnya membeli rumah dengan skema KPR apapun. Asalkan harga rumah dan jumlah angsuran dapat disesuaikan dengan kemampuan finansial Anda. Pastikan Anda memahami jenis KPR secara detail sebelum membeli rumah.
Perbedaan KPR syariah dan konvensional di atas tentunya dapat menjadi pertimbang untuk memilih jenis kredit apa yang tepat bagi sobat OCBC NISP dalam memperoleh rumah impian.
Namun, jika masih ragu memilih yang mana, sobat OCBC NISP tidak perlu khawatir. Anda dapat mengunjungi kantor cabang OCBC NISP terdekat untuk memberikan kepastian dan rencana yang sesuai. Selamat membeli rumah!
Baca Juga :