Seringkali investor menyamakan antara tenor dan durasi, padahal keduanya merupakan hal yang berbeda.
Pada artikel sebelumnya jika kita telah mengupas tuntas apa yang dimaksud dengan yield dan kupon, maka kali ini kita akan mendalami perbedaan antara Tenor dan Durasi suatu obligasi atau reksadana pendapatan tetap. Kedua faktor ini juga merupakan indikator obligasi yang cukup penting, karena akan dapat memberikan investor suatu indikasi atas risiko maupun potensi yang berkaitan dengan obligasi tersebut.
Tenor merupakan jangka waktu hingga jatuh tempo suatu obigasi. Obligasi SR14 yang akan mulai ditawarkan oleh pemerintah di akhir bulan Februari, memiliki tenor 3 tahun. Maka dari itu, SR14 akan jatuh tempo dalam tiga tahun dari sejak obligasi tersebut diterbitkan oleh pemerintah. Semakin panjang tenor suatu obligasi, maka akan semakin tinggi juga risiko akibat ketidakpastian yang lebih besar di masa depan. Oleh karena itu, investor yang konservatif relatif lebih sesuai untuk berinvestasi pada obligasi dengan tenor pendek (dibawah 10 tahun).
Sementara untuk durasi suatu obligasi ataupun reksadana pendapatan tetap, digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas harga obligasi terhadap pergerakan suku bunga acuan bank sentral. Durasi memperhitungkan kupon, harga, imbal hasil serta jangka waktu obligasi. Semakin besar durasi suatu seri obligasi, maka baik tingkat risiko maupun potensi kenaikannya akan semakin meningkat, dan sebaliknya.
Cara menghitung durasi adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang sisa keseluruhan aliran kas obligasi, berdasarkan konsep nilai sekarang atau present value. Formula untuk menghitung durasi berdasarkan konsep Macaulay Duration adalah:
Walaupun terlihat rumit, namun saat ini terdapat banyak aplikasi ataupun kalkulator online yang dapat membantu menghitung durasi, termasuk formula di excel spreadsheet. Bagaimana durasi dapat menggambarkan sensitivitas harga obligasi, dapat digambarkan dengan ilustrasi berikut ini:
Obligasi seri XYZ memiliki tenor 10 tahun, dan durasi 6 tahun. Hal berikut yang berpotensi terjadi:
Selain suku bunga acuan, tentunya terdapat beberapa hal lain yang dapat mempengaruhi pergerakan harga obligasi, walaupun tidak secara langsung. Faktor-faktor seperti ekspektasi laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, arah kebijakan fiskal dan moneter, faktor supply and demand serta pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi harga obligasi hingga minat investor. Sehingga, tidak ada salahnya kita mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.
Nah, sekarang kalau kamu sudah mengerti perbedaan antara tenor dan durasi, pastikan kamu menyesuaikan jenis obligasi dengan profil risiko kamu. Selamat berinvestasi!