Pemerintah berkepentingan untuk menjaga jumlah uang yang beredar di masyarakat. Pasalnya, negara yang terlalu banyak mencetak uang akan jatuh dalam kondisi hyperinflation.
Pernah nggak sih kamu berpikir mengapa pemerintah tidak mencetak banyak uang agar semua rakyatnya menjadi kaya sehingga kemiskinan diberantas?
Pemikiran itu mungkin masuk akal bagi orang awam. Namun pada kenyataannya tidak sesederhana itu.
Dalam sistem ekonomi, negara yang mencetak banyak uang melebihi batas justru akan berada dalam bahaya. Negara itu akan menghadapi inflasi ekstrem atau yang dikenal dengan istilah hyperinflation. Apa itu?
Baca juga: Ini Dia Dampak Positif Inflasi Yang Jarang Diketahui
Hyperinflation atau inflasi ekstrem adalah istilah yang menggambarkan kenaikan harga barang dan jasa yang sangat cepat, berlebihan, dan tidak terkendali yang mengakibatkan inflasi ekstrem.
Seperti diketahui, inflasi mengukur laju kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Hiperinflasi menunjukkan kenaikan harga yang tidak terkendali selama periode tertentu, biasanya mencapai lebih dari 50% per bulan.
Hiperinflasi ini salah satunya disebabkan oleh jumlah uang yang beredar di suatu negara terlalu banyak dan tidak diiringi oleh pertumbuhan ekonomi. Alhasil, nilai uang itu akan anjlok, sementara harga barang melambung tinggi.
Ada beberapa negara yang pernah mengalami hiperinflasi, salah satunya Zimbabwe. Hiperinflasi di Zimbabwe terjadi pada bulan Maret 2007 hingga awal tahun 2009. Rata-rata tingkat inflasi harian di sana saat itu mencapai 98%.
Sebenarnya, gejala hiperinflasi di Zimbabwe sudah dimulai pada tahun 1999 setelah mengalami beberapa periode kekeringan dan diikuti penurunan Produk Domestik Bruto (PDB).
Akibatnya, negara terpaksa meminjam dana lebih banyak daripada yang dihasilkannya dan pemerintah mulai membelanjakan lebih banyak.
Negara ini meningkatkan pajak untuk membayar bonus kepada para veteran perang kemerdekaan, terlibat dalam perang di Kongo, dan meminjam dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk meningkatkan pembangunan dan standar hidup warga negara.
Baca juga: Kebijakan Fiskal: Tujuan, Jenis, Instrumen, & Contohnya
Hiperinflasi mempunyai dua penyebab utama, yaitupeningkatan jumlah uang beredar dan tarikan permintaan inflasi atau demand-pull inflation.
Sebab pertama terjadi ketika pemerintah suatu negara mulai mencetak uang terlalu banyak untuk membayar pengeluarannya. Ketika jumlah uang beredar meningkat, harga-harga naik seperti pada inflasi biasa.
Sementara penyebab kedua terjadi ketika lonjakan permintaan melampaui batas pasokan, membuat harga menjadi lebih tinggi. Hal ini bisa terjadi karena meningkatnya belanja konsumen, peningkatan ekspor secara tiba-tiba, atau peningkatan belanja pemerintah.
Ada penyebab lain yang membuat hiperinflasi ini terjadi, yaitu:
Baca juga: 10 Tips Menghadapi Inflasi Agar Keuangan Tetap Terlindungi
Hiperinflasi sebenarnya jarang menimpa negara-negara maju, tapi beberapa negara maju seperti Jerman, China, Rusia juga pernah mengalami kondisi ekonomi sulit ini.
Namun bicara tentang hiperinflasi akibat negara yang terlalu banyak mencetak uang, maka Zimbabwe adalah contoh yang paling nyata.
Kondisi ini dialami oleh Zimbabwe mulai tahun 2007, dan mengalami puncak inflasi pada tahun 2008 hingga 2009. Puncak inflasi di masa-masa tersebut diperkirakan mencapai 11,250 juta persen bahkan pernah menyentuh 231 juta persen.
Pemicu inflasi saat itu adalah suplai uang yang berlebihan. Presiden Robert Mugabe mencetak uang yang berlebihan guna mendanai kampanye pemilu. Saat kepemimpinannya, kondisi perekonomian terus-terusan memburuk.
Akibatnya, tingkat pengangguran di sana mencapai 80-94%. Banyak pabrik-pabrik manufaktur yang tutup sementara suplai makanan juga langka.
Pada bulan April 2009, Zimbabwe berhenti mencetak mata uangnya, dan beralih menggunakan mata uang negara lain. Pada pertengahan tahun 2015, Zimbabwe mengumumkan rencana untuk sepenuhnya beralih ke dolar Amerika Serikat.
Itulah ulasan mengenai contoh negara yang mencetak terlalu banyak uang dan dampaknya bagi perekonomian. Kamu bisa mendapat informasi menarik lain seputar keuangan dan perbankan dengan membuka laman Article OCBC.
Baca juga: Apa Itu Imported Inflation? Pengertian, Jenis, dan Contohnya