Hiperinflasi adalah naiknya harga barang dan turunnya nilai uang secara drastis.
Fenomena ini tentu sangat mengkhawatirkan karena kondisi finansial Anda bisa secara langsung terdampak pengaruh hiperinflasi.
Karna pengaruhnya signifikan, maka hiperinflasi adalah masalah yang harus ditangani secara serius untuk menormalkan pertumbuhan ekonomi.
Selengkapnya, simak informasi mengenai hiperinflasi di bawah ini!
Hiperinflasi adalah fenomena pertumbuhan ekonomi yang abnormal. Arti hiperinflasi adalah peningkatan inflasi yang tidak terkendali dan cepat.
Fenomena ini ditandai dengan kenaikan harga barang dan penurunan nilai uang secara drastis.
Meskipun begitu, suatu negara dapat dikatakan mengalami hiperinflasi apabila laju inflasinya mencapai 50-100% dalam waktu sebulan.
Adanya hiperinflasi tentu dipicu oleh beberapa hal. Adapun tiga penyebab terjadinya hiperinflasi adalah sebagai berikut:
Anggaran merupakan aspek penting dalam pembangunan suatu negara. Di mana pemenuhan anggaran negara salah satunya didapat dari pencetakan uang.
Namun, pencetakan uang yang dilakukan dalam ketidakseimbangan jumlah barang dan jasa dapat mengakibatkan penurunan nilai mata uang negara, sehingga memicu terjadinya inflasi.
Adanya perang dapat berdampak negatif terhadap keadaan ekonomi suatu negara.
Ini terjadi karena pemerintah cenderung fokus pada perang dan mengabaikan faktor ekonomi dan produksi. Selain itu, pengeluaran perang tentunya tidak sedikit.
Hal ini pun berdampak pada penurunan produktivitas di sektor riil yang berpengaruh besar terhadap pendapatan nasional.
Buruknya hubungan masyarakat dan pemerintah, maupun adanya perdebatan dalam bidang sosial politik dapat memicu terjadinya konflik internal yang mungkin mengakibatkan kerusakan infrastruktur atau fasilitas umum.
Apabila konflik tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kondisi ini berisiko menghambat perekenomian negara dan menimbulkan hiperinflasi
Baca Juga: 7 Hambatan Perdagangan Internasional, Yuk Pelajari!
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hiperinflasi adalah peristiwa dimana harga barang naik dan nilai uang turun secara drastis.
Dalam situasi seperti itu, pendapatan tenaga kerja tentu tidak akan meningkat.
Hal ini memengaruhi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, dan memicu tindakan nekat menjarah toko.
Selanjutnya, nilai mata uang yang kian menurun membuat masyarakat tidak berani menyimpan uangnya di lembaga keuangan, dan ini menyebabkan kebangkrutan bagi lembaga tersebut.
Selain itu, hiperinflasi juga mempersulit operasi ekspor impor karena harga bahan baku dan barang impor meningkat.
Hal ini tentu dapat menghambat laju pertumbuhan bisnis atau bahkan bangkrut sehingga jumlah pengangguran pun meningkat.
Faktanya, pihak yang paling diuntungkan dari adanya hiperinflasi adalah tidak ada.
Oleh karena itu, cara yang tepat untuk mengatasi hiperinflasi membutuhkan kerja sama antara pemerintah, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan masyarakat.
Pertama,untuk mengatasi masalah hiperinflasi pemerintah mengambil kebijakan dengan cara menurunkan harga belanja negara untuk mendorong UMKM menaikkan hasil produksi dengan menyesuaikan Upah Minimum Regional (UMR).
Kedua, UMKM harus turut serta membantu dengan membuat produk dari bahan lokal dan meningkatkan kualitas produk manufaktur sehingga pembelian barang impor dapat diminimalkan.
Terakhir, masyarakat dapat membantu dengan tidak menimbun produk dan membeli barang yang diperlukan saja.
Selain itu, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, ada baiknya jika Anda menyiapkan dana darurat untuk situasi seperti ini.
Hiperinflasi adalah fenomena yang pernah ditemukan di beberapa bagian belahan dunia, termasuk Indonesia.
Adapun beberapa kasus hiperinflasi di berbagai negara adalah sebagai berikut.
Pada awal tahun 1960-an, Indonesia mengalami hiperinflasi yang disebabkan oleh pencetakan uang secara berlebih.
Peristiwa ini menciptakan masa kelam di Indonesia, mulai dari laju inflasi yang mencapai 600%, ketidakpercayaan masyarakat terhadap nilai rupiah, penurunan daya beli masyarakat dan APBN secara signifikan, hingga rusaknya infrastruktur.
Selain itu, kapasitas produksi dan kegiatan ekspor impor terganggu dan mencapai titik terendah.
Namun, Indonesia mampu melewati masa kelam ini dengan mempertahankan pinjaman nasional, mendirikan ORI (Oeang Republik Indonesia), dan mendirikan Banking and Trading Company.
Baca Juga: Lawan Inflasi, Bijaklah Berinvestasi dengan SR017
Berikut adalah beberapa contoh kasus hiperinflasi di berbagai belahan dunia:
Pada awal tahun 2000-an, Zimbabwe mengalami hiperinflasi akibat penurunan produksi pertanian yang menyebabkan kenaikan harga pangan.
Selain itu, hal ini terjadi karena konflik antara Zimbabwe dan Kongo.
Laju inflasinya mencapai 115% dengan peningkatan terbesar sebanyak 79 miliar pada tahun 2008.
Hiperinflasi di Jerman merupakan salah satu kasus hiperinflasi yang disebabkan oleh perang.
Saat itu, pemerintahan Jerman fokus membiayai kebutuhan Perang Dunia I dan juga menerbitkan obligasi pemerintah. Laju inflasinya mencapai 29.500%.
Pada tahun 2016, Venezuela mengalami kenaikan harga sebanyak 221%, sehingga pemerintah Venezuela harus meningkatkan jumlah uang beredar sebanyak 14 kali lipat.
Itu dia beberapa informasi mengenai apa itu hiperinflasi, cara mengatasi hiperinflasi dengan tepat, hingga contoh hiperinflasi di berbagai negara.
Untuk menghindari fenomena pertumbuhan ekonomi yang abnormal seperti hiperinflasi, tentunya sobat OCBC NISP harus cerdas secara finansial.
Salah satu caranya yakni dengan membaca artikel tentang keuangan dan bisnis di blog OCBC NISP.
Yuk tingkatkan literasi keuangan Anda bersama OCBC NISP!
Baja Juga: Inflasi naik, bagaimana kinerja reksa dana pendapatan tetap?