Benarkan barang bermerk bisa dijadikan investasi
CHANEL, Dior, Balenciaga, Louis Vuitton, Gucci, Hermes, baru denger namanya aja ginjal-ginjal di perut langsung bergetar semua.
Brand-brand fashion tersebut memang sudah menjadi ciri khas kaum sultan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sekali jual tas harganya aja bisa belasan hingga puluhan juta, bahkan ratusan juta. Meski begitu, bagi sebagian orang, luxury goods begini memang sepadan untuk dimiliki. Mahal, tapi kualitasnya juga nggak main-main.
Tak cuma fashion brands, bahkan kini sepeda pun tidak mau kalah mewah. Brompton, misalnya. Sedang digandrungi banget di Indonesia, nih. Tapi, ada juga yang lebih daripada itu, seperti sepeda Alex Moulton. Mengutip dari Bukalapak, harga satu unitnya bahkan bisa tembus 150 juta rupiah untuk series sepeda Jubilee.
Tentu ini jadi pertanyaan: kok bisa ada orang yang rela membayar hingga ratusan juta demi hal-hal yang kita anggap bukan kebutuhan?
Apalagi ada yang menganggap bahwa barang-barang branded ini bisa jadi alat investasi. Wow. Memangnya se-worth it apa timbal baliknya di hari kemudian?
Mari kita bedah …
Memang benar, tas-tas mewah ternama seperti Hermes dan Chanel harganya sanggup meroket jauh dari yang kamu perkirakan hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Apalagi jika tas tersebut merupakan model populer yang sudah langka.
Mengutip dari Detik, nilai keuntungan yang kamu dapatkan dari investasi tas branded ini bahkan bisa mencapai 14,2% per tahunnya. Sementara saham sendiri hanya 11,7% dan emas hanya 1,9%.
Namun, perlu kamu catat, nggak semua model tas branded punya nasib sama. Menurut studi di atas, rules itu hanya berlaku untuk brand ultra-luxury seperti Hermes. Tidak semua brand mengalami fenomena serupa. Faktor regional juga akan menentukan, apakah perubahan nilai tas mewah di Indonesia akan sama dengan di Amerika Serikat? Jelas beda.
Lalu, bagaimana dengan sepeda bermerk seperti Brompton dan Alex Moulton?
Selain tas, merek sepeda yang belakangan ini sedang ramai diperbincangkan adalah Brompton. Sepeda lipat ini harganya memang cukup fantastis untuk ukuran sepeda kayuh. Mata awam tidak akan menyangka bahwa harganya setara dengan beberapa unit sepeda motor matik.
Soal investasi, dilansir dari CNBC, Ahmad Muttaqin yang merupakan ketua Brompton Monas Cyclists menuturkan bahwa bisa saja sepeda Brompton dijadikan sebagai alat investasi. Tapiiii, ada tapinya. Kalau sepedanya edisi khusus atau sepedanya punya nilai historis, baru deh bisa dijadikan alat investasi.
Jadi, tidak semua merk Brompton bisa dijadikan ladang investasi. Jangan mentang-mentang harga barunya mahal, lalu kita menganggap di hari kemudian harganya bisa jadi lebih mahal. Tentu tidak.
Jadi, worth it atau tidak berinvestasi pada barang branded?
Investasi pada barang branded memang bisa sangat menguntungkan, tetapi risikonya amat besar. Kalau kamu bukan tipe orang yang rajin mengamati pergerakan pasar luxury brands, bisa-bisa malah kamu yang bangkrut. Bukan tidak boleh, tapi sangat berisiko bagi investor pemula.
Untuk pemula, daripada coba-coba investasi berisiko tinggi, lebih baik investasi di hal-hal yang lebih pasti seperti saham, deposito, emas, atau reksa dana.
Jenis investasi seperti saham dan reksadana, dinilai lebih aman karena kamu tidak perlu mengeluarkan modal yang besar, seperti jika kamu berinvestasi dengan barang branded.
Bahkan dengan reksadana, kamu bisa menanam investasi awal dengan uang sebesar 100 ribu rupiah. Selain itu, dengan investasi-investasi ini kamu juga tak perlu menunggu waktu sampai belasan atau puluhan tahun untuk menikmati hasil investasimu.
Memang hasilnya tidak akan se-wah investasi branded brands, tetapi setidaknya kamu belajar bagaimana cara berinvestasi yang baik, insting investasimu ikut terasah.
Pada akhirnya, pesan kami adalah jangan terburu-buru tergiur tren dan melihatnya sebagai ladang investasi. Tidak ada orang yang pengen uangnya menguap begitu saja untuk membeli sesuatu yang pada akhirnya hanya akan jadi sarang laba-laba.