Panic buying adalah pembelian secara berlebihan karena adanya rasa panik yang menyebabkan kehabisan stok. Simak dampaknya di sini!
Jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, panic buying adalah aktivitas belanja berlebihan karena rasa panik yang dialami masyarakat. Fenomena ini umumnya didasari situasi eksternal yang dianggap genting dan menciptakan rasa panik berlebihan, sehingga membuat mereka membeli barang-barang dalam jumlah berlebih.
Misalkan, di awal masa pandemi seperti pada bulan Februari hingga Maret 2020, beberapa masyarakat Indonesia berbelanja masker secara berlebihan karena khawatir kehabisan barang tersebut. Masyarakat juga takut tertular virus yang sudah menyebar hampir di setiap penjuru dunia.
Di mana dampak panic buying tidak hanya dirasakan oleh masyarakat, tapi juga pemerintah. Lantas, apa saja dampak panic buying yang dirasakan? Bagaimana seharusnya sobat OCBC NISP mengatasi situasi eksternal yang genting? Simak jawabannya dalam artikel ini.
Sebelum membahas dampak-dampaknya, sebaiknya sobat OCBC NISP memahami terlebih dahulu apa itu panic buying secara mendalam.
Berdasarkan yang disampaikan seorang psikolog bernama Ikhsan Bella Persada, M.Psi, pengertian panic buying adalah sebuah kondisi yang erat kaitannya dengan situasi tak terduga seperti pandemi virus corona.
Secara umum, individu yang mengalami kondisi tersebut merasakan kecemasan secara berlebihan. Kondisi tersebut juga membuat setiap orang melakukan apapun demi membuat dirinya merasa aman. Individu tidak berpikir rasional dan kesulitan mengontrol diri.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, panic buying bisa terjadi dalam kondisi pandemi atau situasi tidak terduga. Dari kondisi tersebut, secara umum muncul 6 dampak panic buying yang dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah. Apa saja itu? Pelajari penjelasannya di bawah ini:
Kecemasan bisa menular
Sesuai dengan pengertian apa itu panic buying yang sudah dijelaskan sebelumnya, panic buying adalah situasi yang menimbulkan rasa cemas berlebihan. Nahasnya, kecemasan tersebut tidak hanya terjadi pada satu individu, tapi bisa menular ke individu lain.
Hal tersebut semakin diperparah dengan arus informasi di era digital yang begitu cepat dan terkadang membingungkan. Sehingga, terjadi kecemasan berlebihan secara massal.
Kekurangan produk tertentu
Kecemasan berlebihan secara massal membuat orang rela menghamburkan uangnya untuk membeli barang penting seperti sembako, masker, dan hand sanitizer. Pembelian yang tidak wajar akan membuat stok produk minim atau bahkan kosong.
Padahal masih banyak mereka yang betul-betul membutuhkan dan harus membeli produk tersebut. Namun, produk seperti masker dan sembako justru hanya dimiliki segelintir orang.
Pemborosan
Perilaku membeli berlebihan membuat individu mengalami pemborosan. Uang yang seharusnya bisa digunakan untuk keperluan lain atau diberikan pada orang yang membutuhkan jadi dihamburkan tanpa tujuan pasti.
Produk yang membusuk
Keempat, dampak panic buying adalah produk-produk yang jadi membusuk karena tidak terpakai. Misalnya kebutuhan makanan. Padahal yang dibutuhkan hanya untuk 5 orang saja, tapi yang dibeli justru untuk 20 orang. Hal tersebut tentu akan membuat bahan makanan jadi busuk dan tidak dapat dimanfaatkan.
Kondisi keuangan rumah tangga jadi terganggu
Di samping pemborosan, kondisi keuangan rumah tangga sobat OCBC NISP juga bisa terganggu. Sebab, di samping pengeluaran berlebihan, pendapatan pada situasi yang tidak terduga bisa jadi berkurang.
Inflasi
Terakhir, dari sudut pandang masyarakat secara luas dan pemerintahan sebuah negara. panic buying adalah kondisi yang bisa membuat ekonomi suatu negara mengalami inflasi.
Inflasi adalah penurunan nilai uang kertas karena begitu banyaknya uang yang beredar secara cepat, sehingga membuat harga mengalami kenaikan signifikan. Bagi yang tabungannya banyak mungkin masih bisa mengatasi inflasi, tapi untuk orang-orang tidak mampu pastinya akan mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan.
Jangan terburu-buru
Saat orang lain membeli secara berlebihan, jangan tergesa-gesa. Tenangkan diri Anda dan lihatlah kondisi sekitar. Kebutuhan seperti makan pasti masih bisa terpenuhi meskipun tidak membeli dalam jumlah berlebihan.
Ajak keluarga dan lingkungan sekitar untuk menenangkan diri
Selain Anda sendiri, Anda juga perlu mengajak keluarga dan lingkungan sendiri untuk tetap tenang serta berpikir rasional. Dengan demikian, tingkat kecemasan massal bisa berkurang.
Beri waktu untuk toko melakukan proses distribusi
Jika memang di toko mengalami stok minim atau kehabisan, Anda tidak perlu khawatir. Toko pasti akan melakukan proses distribusi untuk mengisi ulang stok yang kosong. Sehingga, sobat OCBC NISP harus sabar menunggu ya.
Buat daftar belanja
Agar langkah pembelian barang bisa terukur, Anda bisa membuat daftar belanja. Tulislah apa saja yang sekiranya diperlukan pada masa sulit seperti pandemi. Prioritaskan untuk membeli bahan makanan pokok dan bahan primer seperti alat kesehatan. Ukur jumlah yang dibutuhkan dan beli sesuai kebutuhan.
Situasi seperti pandemi tidak mungkin hanya sebentar saja. Maka, berpikirlah secara jangka panjang agar produk yang Anda beli tetap bisa dimanfaatkan dan tidak membusuk saat disimpan.
Perbesar empati
Terakhir, Anda juga perlu melihat dan memahami kondisi sekitar. Perbesar empati dan tidak mementingkan diri sendiri saja. Ada banyak orang yang ikut merasakan masa sulit dan bersusah payah karenanya.
Jika memang Anda memiliki dana lebih atau bahan makanan lebih, sobat OCBC NISP bisa membaginya ke orang yang membutuhkan. Sehingga, setiap orang bisa menghadapi masa sulit bersama-sama.
Itulah informasi terkait apa itu panic buying, dampak, serta cara mencegahnya. Apabila fenomena ini sedang terjadi di lingkungan sekitar, maka perlu diingat bahwa tidak hanya Anda yang membutuhkan barang tersebut, tetapi juga orang lain. Yuk berbagi!