Tumbuhkan Aset dan Lawan Inflasi Bersama Reksa Dana

13 Des 2024 Ditulis oleh: Team Wealth Management OCBC

Angka inflasi Indonesia di bulan November dirilis berada di level 1.55% YoY, dimana angka ini merupakan angka inflasi terendah selama setahun terakhir. Akan tetapi, secara historis, rata-rata inflasi tahunan selama 10 tahun terakhir berada di kisaran 3 hingga 4% setiap tahunnya. Inflasi merupakan musuh utama bagi kita yang berada di tahap mengakumulasi aset. Inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa akan mengakibatkan penurunan daya beli uang yang telah kita kumpulkan.

Bagaimana cara mengoptimalkan dana simpanan kita supaya tidak tergerus oleh inflasi?

Caranya adalah dengan investasi, baik di sektor riil maupun pada instrumen keuangan seperti produk perbankan dan pasar modal. Salah satu instrumen pasar modal yang mencakup mayoritas instrumen keuangan dengan berbagai jenis tingkat risiko adalah Reksa Dana.

Reksa Dana merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup familiar dan cocok bagi semua kalangan. Jika disimpulkan, Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk mengumpulkan dana dari masyarakat, dan selanjutnya diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.

Sebelumnya, mari lihat dulu perbandingan deposito dengan reksa dana:

Modal kecil dan waktu yang terbatas tidak menjadi masalah karena dana kita akan dikelola oleh Manajer Investasi yang profesional. Dana investasi kita pun tersimpan di Bank Kustodian, sehingga tidak disimpan langsung oleh Manajer Investasi. Baik Manajer Investasi, Bank Kustodian, hingga bank distributor reksa dana berijin dan diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Jenis reksa dana berdasarkan kelas aset

Berdasarkan jenis kelas aset yang mendasari atau underlying instrument, maka reksa dana dapat dibagi menjadi 4 kelas dengan tingkat risiko yang berbeda seperti pada gambar berikut.

Tingkat risiko yang berbeda pada jenis reksa dana ini akan membantu kita untuk menentukan jenis reksa dana yang sesuai dengan risk appetite kita sebagai investor. Perlu diingat bahwa high risk high return – low risk low return.

Semua investasi tidaklah terlepas dari, termasuk reksa dana. Apa sajakah risiko investasi reksa dana?

  • Risiko berkurangnya NAB, yang terjadi karena kondisi perekonomian atau politik yang mempengaruhi penurunan harga aset dalam porftolio reksa dana.
  • Risiko likuiditas, yang dapat terjadi saat Manajer Investasi tidak dapat memenuhi kewajibannya jika mayoritas investor reksa dana tersebut menjual unit kepemilikannya secara besar-besaran di saat bersamaan.
  • Risiko wanprestasi, dimana risiko dapat terjadi jika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayar ganti rugi.

Namun perlu diingat bahwa risiko ini dapat dimitigasi selama kita melakukan perencanaan dan manajemen investasi yang baik. Diversifikasi atau membagi investasi ke jenis aset yang berbeda dapat membantu meminimalisir risiko. Strategi ini berpegang pada prinsip bahwa setiap kelas aset memiliki kinerja yang berbeda pada suatu waktu yang sama. Walaupun sama-sama mengalami penurunan, namun besar penurunan akan berbeda, dibandingkan jika hanya berinvestasi pada satu jenis kelas aset atau instrumen saja.

Bagi Anda yang ingin berinvestasi pada reksa dana, dapatkan kesempatan untuk berinvestasi dengan bebas biaya di bulan Desember 2024*) pembelian melalui OCBC mobile. Informasi lebih lanjut mengenai reksa dana, klik tautan berikut https://www.ocbc.id/id/individu/wealth-management/reksa-dana 

*) Bebas biaya pembelian mengikuti ketentuan biaya sesuai dengan prospektus yang berlaku.

Story for your Inspiration

Baca

News Update - 20 Des 2024

Four lessons from the US inflation data

Baca

Investasi - 18 Des 2024

Pinjol Makin Mudah, Hati-hati Terjebak Hutang Konsumtif

See All

Produk Terkait

Wealth Management

Wealth Management

Download OCBC mobile