Seperti apa gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 mendatang? Yuk simak pendapat para pakar dan bagaimana individu bisa bersiap menghadapinya!
Tahun 2024 segera berakhir. Indonesia telah mengalami banyak ketidakpastian sepanjang tahun ini, mulai dari Pilpres hingga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Kondisi dalam negeri itu, ditambah dengan pengaruh dari luar negeri seperti konflik dan pergantian pemimpin di Amerika Serikat, semakin membuat pertumbuhan ekonomi turut terimbas.
Pada Triwulan II 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,05%. Sementara Triwulan III, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh sebesar 4,95% (yoy), 1,5% (qtq), atau sebesar 5,03% (ctc).
Selain itu, Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2024. Fakta ini disebut sebagai alarm bahaya bagi pertumbuhan ekonomi oleh sejumlah pakar.
Baca juga: Bagaimana Sistem Pembayaran Kartu Kredit? Pemula Wajib Tahu!
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diprediksi masih berada di kisaran 5%. Hal itu dikemukakan oleh beberapa ekonom, salah satunya dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef).
Menurut Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5%, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi geopolitik menyusul pergantian presiden di Amerika Serikat.
“Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi ke depan tahun 2025 sekitar 5,0 persen,” kata Esther melansir Tempo, Sabtu (30/11/2024).
Lembaga riset ini juga memprediksi inflasi Indonesia 2025 berada di angka 2,8 persen year-on-year (yoy), nilai tukar mata uang atau kurs senilai Rp16.100 per dolar AS, tingkat pengangguran terbuka sekitar 4,75 persen, dan tingkat kemiskinan sekitar 8,8 persen.
Proyeksi senada juga diungkap oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 berada di angka 4,8% sampai 5,6%. Adapun titik tengah pertumbuhan berada di angka 5,2%.
"Tahun 2025 kisarannya adalah 4,8 sampai 5,6 persen, titik tengahnya adalah 5,2 persen," katanya, sambil menyebut prediksi ekonomi dunia akan mengalami penurunan tahun depan.
Setidaknya ada tiga faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut. Perry menyebutkan, faktor pertama adalah ekspor yang masih menjadi sumber pertumbuhan.
Faktor kedua, pertumbuhan di sektor investasi menjadi kunci utama pertumbuhan ekonomi. Perry menggarisbawahi Penanaman Modal Asing (PMA) akan sangat membantu mendongkrak pertumbuhan ini.
Sementara faktor ketiga adalah peningkatan konsumsi yang tidak hanya didorong oleh bantuan sosial, tetapi juga dengan mendorong sektor-sektor padat karya.
Baca juga: Alat Pembayaran yang Sah: Pengertian dan Contoh-Contohnya
Tahun 2025 yang disebut-sebut masih akan sulit perlu dihadapi dengan persiapan yang matang. Salah satunya dengan menyusun resolusi keuangan pribadi yang akan menjadi pemandu dalam pengeluaran uang tahun 2025.
Berikut ini resolusi keuangan yang bisa kamu terapkan.
Buat anggaran bulanan yang lebih terstruktur dengan mengkategorikan pengeluaran untuk kebutuhan pokok, hiburan, tabungan, dan investasi. Pastikan kamu mematuhi anggaran tersebut untuk mencegah pengeluaran berlebihan.
Tahun 2025 adalah waktu yang tepat untuk memastikan kamu memiliki dana darurat yang cukup, minimal setara dengan 3-6 bulan pengeluaran rutin. Dana ini akan menjadi penyelamat jika terjadi situasi darurat, seperti kehilangan pekerjaan atau kebutuhan mendesak lainnya.
Jika kamu memiliki utang kartu kredit atau cicilan barang konsumtif, jadikan prioritas untuk melunasinya.
Fokus pada utang dengan bunga tinggi terlebih dahulu, kemudian alihkan uang yang biasanya digunakan untuk membayar cicilan ke tabungan atau investasi.
Tahun baru adalah momen yang tepat untuk mulai berinvestasi atau menambah portofolio yang sudah ada.
Pilih instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan keuangan dan profil risikomu, seperti emas, reksa dana, saham, atau obligasi.
Kamu bisa berinvestasi melalui aplikasi OCBC mobile. Platform digital banking dari OCBC ini tidak hanya mempermudah transaksi harian, tetapi juga investasi yang bisa dimulai dengan Rp10 Ribu saja!
Baca juga: Apa itu Alat Pembayaran Tunai? Jenis, Kelebihan & Kekurangan