Tourist trap atau jebakan yang menimpa para turis saat berwisata hampir bisa ditemukan di setiap kota. Berikut beberapa hal yang termasuk tourist trap di Amsterdam, Belanda.
Amsterdam adalah ibu kota Belanda sekaligus kota terbesar di sana. Kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 905.000 jiwa di dalam batas kota (2022), populasi perkotaannya mencapai 1.209.419 jiwa dan populasi metropolitannya mencapai 2.158.592 jiwa.
Kota ini terletak di provinsi Holland Utara di sebelah barat negara Belanda. Wilayah Amsterdam mencakup bagian utara Randstad, salah satu konurbasi terbesar di Eropa dengan jumlah penduduk sekitar 7 juta jiwa.
Amsterdam adalah salah satu destinasi wisata paling populer di Eropa dengan 4,63 juta wisatawan mancanegara setiap tahunnya. Jumlah ini belum termasuk 16 juta "pengunjung sehari" yang datang ke kota ini tiap tahunnya.
Sebagian besar wisatawan (74%) berasal dari Eropa. Sedangkan wisatawan non-Eropa terbesar dari Amerika Serikat, menyumbang 14% total. Pada waktu-waktu tertentu, Amsterdam memiliki tema untuk menarik lebih banyak wisatawan.
Misalnya, tahun 2006 ditetapkan sebagai "Rembrandt 400", untuk merayakan ulang tahun ke-400 Rembrandt van Rijn. Beberapa hotel menawarkan kegiatan khusus sesuai tema.
Baca juga: 8 Tips Liburan ke Jepang, Terjangkau Tapi Tetap Seru!
Sebagai salah satu tujuan wisata dunia, Amsterdam tentu memiliki daya tarik tersendiri dibanding kota lain. Namun, tingginya angka wisatawan ini bukan berarti tidak ada tourist trap ketika kamu berkunjung ke sana.
Berikut beberapa tourist trap yang sering menimpa wisatawan ketika berkunjung ke Amsterdam, Belanda.
Sudah menjadi rahasia bahwa Belanda terkenal dengan bunga tulipnya. Bahkan, mekarnya bunga tulip dirayakan dan disambut dengan meriah di sana. Banyak juga wisatawan yang sengaja berlibur ke Amsterdam untuk menyaksikan keindahan bunga tulip.
Nah siapa sangka, keindahan bunga tulip itu juga menjadi salah satu jebakan bagi wisatawan. Biasanya, wisatawan akan membeli umbi tulip di pasar bunga atau toko-toko di Amsterdam, dan akan ditanam ketika pulang.
Harapannya tentu jelas, agar mereka bisa menikmati sedikit nuansa Belanda di rumah dengan tumbuhnya bunga tulip dari umbi yang dibeli itu.
Namun, banyak wisatawan yang berakhir kecewa. Pasalnya, tulip gagal tumbuh, dan berasumsi bahwa mereka sudah salah menanam atau iklim di negaranya tidak sesuai untuk tulip.
Padahal, asumsi itu tidak benar dan yang sebenarnya terjadi adalah mereka telah menjadi korban tourist trap.
Melansir Amsterdam Experience, mayoritas umbi tulip yang dijual itu sebenarnya sudah tua atau bahkan mati. Hal ini dibuktikan melalui sidak Dewan Kota pada 2022 yang menemukan lebih 90% umbi tulip yang dijual sudah sangat tua dan mustahil bisa tumbuh saat ditanam
Sama seperti bunga tulip, umbinya juga mempunyai musim. Umbi tulip belum siap dijual paling cepat pada bulan September. Biasanya, agen yang kredibel akan membuka pre-order umbi tulip, dan akan mengirimnya ketika sudah siap dijual.
Ada banyak toko keju di Amsterdam, tapi juga cukup banyak toko keju yang tidak terlalu bagus. Wisatawan tertarik ke toko-toko ini dengan pajangan besar berupa roda keju besar dan keju 'siap dibawa pulang' yang dibungkus dengan plastik.
Penduduk lokal biasanya menyebut toko keju ini dengan sebutan “Golden”, dan tidak akan pernah membeli keju di sana!
Pasalnya, keju di toko-toko ini sangat mahal, bahkan harganya bisa lebih dari dua kali lipat harga yang seharusnya. Jadi ini adalah bisnis ‘emas’ bagi pemilik toko tersebut.
Selain itu, keju tersebut juga tidak sesegar keju yang bisa kamu dapatkan di penjual tradisional. Jika keju sudah tersegel dalam kemasannya, sangat sulit untuk mengetahui berapa umurnya. Ditambah lagi plastiknya berdampak pada rasa dan bisa membuat keju berkeringat.
Baca juga: 10 Tips Liburan Hemat yang Tetap Seru & Menyenangkan
Setiap kota besar selalu memiliki bus pariwisata yang bisa mengantarkan pengunjung keliling kota. Begitu pula di Amsterdam, ada fasilitas bus dengan fungsi yang sama dan dikenal dengan sebutan “Hop-on, Hop-off Bus”.
Namun ada baiknya kamu memikirkan ulang rencana naik bus untuk keliling Amsterdam. Pasalnya, Amsterdam memiliki pembatasan ketat terhadap kendaraan untuk memasuki pusat kota.
Alhasil, bus yang kamu naiki bisa saja tidak mengantarmu untuk melihat area yang seharusnya kamu saksikan. Sebaliknya, bus ini hanya membawa wisatawan berputar-putar di pinggiran kota, sehingga kehilangan banyak situs dan atraksi populer.
Pilihan yang lebih baik adalah membeli tiket trem dan mengambil beberapa jalur di Amsterdam. Atau coba lihat apakah kamu bisa menemukan salah satu trem bersejarah yang berangkat setiap akhir pekan dari Dam Square.
Saat berjalan-jalan di pusat kota Amsterdam, kamu mungkin menjumpai orang yang mengantre hingga satu jam. Barisan turis ini sering kali memiliki keamanan sendiri, untuk menjaga ketertiban.
Antrean tersebut terjadi pada toko-toko tertentu yang viral di media sosial, dan kini dianggap sebagai lokasi yang ‘hot spot’ dan ‘wajib dikunjungi’.
Masalahnya, produk yang mereka jual tidak berbeda dengan apa yang bisa kamu beli di tempat lain, dan biasanya jauh lebih murah. Tempat itu ramai hanya karena viral di media sosial!
Amsterdam adalah lokasi sempurna dengan beberapa atraksi yang bisa dinikmati. Namun, beberapa atraksi paling populer terjual habis beberapa minggu sebelumnya, yang berarti kamu tidak bisa membeli tiket di menit-menit terakhir.
Misalnya, untuk masuk ke Anne Frank House, kamu perlu memesan tiket 6 minggu sebelumnya. Banyak wisatawan yang tidak menyadari hal ini, sehingga rentan menjadi korban penipuan tiket yang menjual tiket palsu atau harga tiket tiga kali lipat.
Jangan membeli tiket Anne Frank melalui pihak ketiga. Tiket online official Anne Frank House adalah satu-satunya tempat kamu bisa membeli tiket resmi.
Hal yang sama juga berlaku untuk atraksi lain, seperti pameran karya Vincent van Gogh yang melegenda.
Baca juga: Apa itu Visa: Arti, Fungsi, Jenis dan Bedanya dengan Paspor
Selain daftar tersebut, tourist trap di Amsterdam juga beroperasi pada metode pembayaran. Misalnya pembayaran cash, yaitu dengan tidak menyediakan uang kembalian.
Jika kembaliannya sedikit, mungkin tidak terasa. Namun jika kondisi itu terus berulang, lama-lama uang yang kamu miliki akan habis juga.
Nah untuk itu kamu perlu mengantisipasinya dengan pembayaran nontunai sehingga tidak perlu ada kembalian. Pastikan kamu belanja di tempat-tempat yang menyediakan metode pembayaran ini agar tidak menjadi korban tourist trap.
Selain itu, kamu juga perlu alat pembayaran yang praktis untuk menghadirkan kenyamanan bagi dirimu sendiri dan orang lokal di sekitarmu, serta menghindari diri dari jebakan.
Caranya gimana? Gunakan dua kartu wajib liburan dari OCBC, yaitu Nyala Global Debit dan Kartu Kredit 90°N OCBC!
Nyala Global Debit OCBC merupakan pilihan terbaik bagi kamu yang sedang liburan. Kartu ini akan memudahkan setiap transaksi yang kamu lakukan, termasuk ketika menggunakan transportasi publik dan berbelanja.
Praktisnya kartu ini karena dilengkapi dengan fitur contactless. Fitur memungkinkan pengguna melakukan transaksi pembayaran hanya dengan menempel kartu, tanpa memasukkannya ke dalam mesin EDC dan PIN Transaksi.
Saat memegang kartu dengan fitur ini, kamu bisa melakukan transaksi tanpa PIN dengan jumlah akumulasi maksimal sebesar Rp1 Juta per transaksi per hari. Kamu baru akan diminta memasukkan PIN jika nominal transaksi sudah melebihi limit.
ika kamu menemukan merchant yang tidak menerima cashless, kamu juga bisa bebas tarik tunai mata uang asing dengan Nyala Global Debit. Tarik tunai dengan Nyala Global Debit tidak dikenakan biaya sama sekali alias gratis pada ATM OCBC di Hong Kong, Singapura, dan Malaysia!
Dengan tarik tunai ini, kamu jadi tak perlu ke money changer untuk menukar mata uang. Nggak bikin repot, kan?
Selain bebas tarik tunai, Nyala Global Debit juga memungkinkan kamu untuk transaksi secara online maupun offline. Artinya, transaksi online atau offline akan langsung didebit dari rekening valas.
Hal ini lantaran Nyala Global Debit OCBC dilengkapi dengan 12 mata uang, yaitu IDR, USD, AUD, SGD, JPY, EUR, HKD, CHF, NZD, CAD, GBP, dan CNH. Semua transaksi yang dilakukan dengan 12 mata uang ini akan langsung didebit dan bebas konversi.
Cara mendapatkan kartu Nyala Global Debit OCBC ini sangat mudah bagi kamu yang sudah menjadi nasabah OCBC. Kamu tinggal datangi kantor cabang OCBC terdekat dan tukarkan kartu ATM/Debit Tanda 360 dengan Kartu Nyala Global Debit.
Sementara bagi kamu yang belum menjadi nasabah OCBC, bisa langsung membuka rekening OCBC melalui OCBC mobile dan nikmati semua kemudahannya.
Salah satu ciri yang membedakan adalah adanya logo Mastercard pada kartu milikmu. Jika kartu debit OCBC yang kamu pegang tidak berlogo 'Mastercard', maka itu adalah kartu biasa atau GPN. Namun jika ada, kamu berarti sudah memakai kartu Nyala Global Debit OCBC.
Sebagai catatan, fitur contactless pada kartu Nyala Global Debit OCBC hanya bisa digunakan di mesin EDC yang memang mendukung transaksi nirsentuh. Jika mesin EDC tidak mendukung, maka transaksi harus dilakukan secara manual dengan memasukkan kartu dan PIN Transaksi.
Kamu juga bisa menonaktifkan fitur contactless. Cara mudah, datangi saja kantor cabang OCBC terdekat atau nonaktifkan melalui fitur Pengelolaan Kartu di OCBC mobile.
Baca juga: 7 Tips Liburan Ke Luar Negeri dengan Budget Hemat Tapi Seru
Kartu wajib liburan berikutnya adalah Kartu Kredit 90°N OCBC. Produk ini merupakan andalan saat traveling dengan keuntungan pengumpulan miles lebih cepat.
Ada beberapa keuntungan yang bisa kamu dapat dengan menggunakan Kartu Kredit 90°N OCBC, yaitu:
Selain beberapa keuntungan tersebut, Kartu Kredit 90°N OCBC juga merupakan kartu kredit serba digital melalui aplikasi OCBC mobile.
Artinya, banyak transaksi yang bisa kamu lakukan melalui aplikasi itu, mulai dari aktivasi, cairkan sisa limit kartu kredit, ubah transaksi jadi cicilan semua mudah melalui OCBC mobile.
Info lebih lengkap mengenai dua kartu itu bisa kamu dapatkan dengan klik link ini!
Baca juga: 6 Tips Backpacker ke Luar Negeri, Siapkan dari Sekarang!