Tidak memiliki “privilege” bukan halangan untuk menjadi sukses, lho!
Privilege adalah isu yang masih sering dibicarakan hingga kini, tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Orang dengan ekonomi berkecukupan dianggap memiliki ‘keistimewaan’ sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan fasilitas pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, privilege adalah istilah yang mengacu pada keistimewaan yang dimiliki orang lain, sehingga ia bisa memperoleh akses pendidikan lebih baik dibandingkan orang lain.
Sebenarnya, keuntungan dari privilege finansial memang tak bisa dipungkiri. Namun, apakah privilege berpengaruh terhadap kesuksesan sepenuhnya?
Pada dasarnya, meski tanpa privilege, Sobat OCBC NISP pun bisa mendapatkan kesempatan untuk sukses dan menempuh pendidikan secara optimal, bahkan hingga ke luar negeri. Namun, bagaimana caranya?
Yuk, kita kupas tuntas mengenai peran privilege terhadap pendidikan dalam artikel berikut ini.
Secara umum, privilege adalah hak istimewa yang didambakan oleh setiap orang. Privilege adalah keuntungan/keistimewaan yang bisa didapatkan melalui berbagai aspek, mulai dari kelas sosial, jenis kelamin, kemampuan, dan kekayaan.
Sayangnya, tak sedikit orang yang merasa bahwa mereka tidak memiliki privilege, sehingga sulit untuk mencapai apa yang diinginkan, salah satunya pendidikan.
Jika dilihat lebih spesifik, berikut adalah pengertian privilege menurut Cambridge Dictionary:
Privilege sebenarnya cukup luas, tidak hanya sekadar kekayaan saja. Privilege bisa didapatkan dari ras, jenis kelamin, kemampuan,usia, agama, kewarganegaraan, pendidikan, dan lain-lain.
Bahkan, privilege bisa didapatkan dari hal terkecil yang kita miliki, seperti kesehatan dan waktu. Namun, terkadang privilege tersebut tidak disadari oleh seseorang.
Baca Juga: Tabungan Pendidikan dan Asuransi Pendidikan, Ini Bedanya!
Berbicara mengenai privilege dalam dunia pendidikan, kisah artis Maudy Ayunda masih cukup menarik untuk dibahas.
Topik mengenai privilege dan Maudy Ayunda sebenarnya sudah ramai dibahas beberapa tahun lalu, sejak ia diterima di dua universitas besar dunia sekaligus.
Kemudian beberapa waktu lalu, Maudy Ayunda sempat berbicara mengenai privilege yang dimilikinya dan bagaimana ia memanfaatkan keistimewaan itu secara maksimal dalam channel YouTube-nya.
Dikutip dari Channel YouTube Maudy, ia berkata bahwa, "Jadi kalau misalnya aku ditanya, Kak Maudy privilege nggak? Totally. Aku ngerasa, mau itu situasi tempat di mana aku lahir, resources yang aku dapatkan, memiliki orang tua yang suportif akademis aja, itu privilege."
Meski tak membantah bahwa ia memiliki privilege, khususnya dalam menempuh pendidikan, namun ia juga menjelaskan bagaimana ia memanfaatkan privilege tersebut.
Maudy menambahkan, “Oke aku punya privilege, tapi aku juga pilihan untuk melakukan sesuatu dan memaksimalkannya atau tidak melakukan apa-apa pada privilege tersebut.”
Dari pernyataan tersebut, kita bisa lihat bahwa sebenarnya kesempatan atau privilege tersebut tidak berarti apa-apa jika tidak memiliki kemampuan yang memadai.
Terlahir dengan privilege maupun tidak memang bukan suatu hal yang bisa dipilih. Ada orang yang terlahir dengan berbagai kemudahan akses finansial, ada pula yang harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhannya.
Meski privilege orang kaya memudahkan mereka untuk mendapatkan akses pendidikan yang baik, bukan berarti Sobat OCBC NISP yang harus bekerja lebih keras sulit untuk sukses.
Jadi, walaupun privilege bisa menjadi salah satu faktor kesuksesan, jika dimanfaatkan dengan baik, namun jalan kesuksesan dan kekayaan seseorang berbeda-beda.
Selanjutnya, mari kita lihat dari kisah Raeni, anak seorang tukang becak yang berhasil mendapatkan gelar doktor dari University of Birmingham Inggris.
Dengan tekad yang kuat, Raeni memulai pendidikannya di Universitas Negeri Semarang dan lulus dengan gelar lulusan terbaik di Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi.
Kisah inspiratif Raeni tersebut menjadi perhatian publik, bahkan ia mendapatkan apresiasi dari Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI ke-6) berupa program beasiswa S2 di Inggris.
Hingga pada tahun 2018, Raeni berhasil mendapatkan beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) berkat usahanya sendiri.
Setelah memiliki gelar doktor, Raeni kini menjadi Dosen di Fakultas Ekonomi Unnes dan berhasil mengangkat perekonomian keluarga.
Dari kisah Raeni tersebut, maka bukan tidak mungkin bagi Sobat OCBC NISP bisa mendapatkan pendidikan yang optimal hingga ke luar negeri meski tanpa privilege finansial.
Baca Juga: Ini Dia Persiapan Kuliah S2 di Luar Negeri, Apa Saja?
Lantas, apa yang bisa dilakukan oleh Sobat OCBC NISP untuk mewujudkan mimpi tersebut?
Pertama-tama, Sobat OCBC NISP harus berani untuk keluar dari zona nyaman. Jangan cepat puas dengan apa yang sudah didapatkan.
Dengan begitu, Sobat OCBC NISP akan memiliki keinginan untuk terus berkembang.
Kemudian, jangan hanya bergantung pada satu sumber pendapatan. Pasalnya, 65% orang kaya setidaknya memiliki tiga sumber pendapatan sebelum memiliki penghasilan tinggi pertamanya, lho.
Jadi, Sobat OCBC NISP bisa mencoba untuk mencari pekerjaan sampingan yang bisa menambah penghasilan dan memaksimalkan tabungan.
Terakhir dan yang tak kalah penting adalah mulai menabung dari sekarang, terutama jika Sobat OCBC NISP berencana kuliah di luar negeri.
Nah, keberhasilan upaya ini bisa didukung dengan adanya tabungan valas Tanda 360 Plus dari OCBC NISP.
Dengan memiliki tabungan valas sebagai salah satu instrumen investasi, Sobat OCBC NISP tidak perlu mengkhawatirkan adanya inflasi.
Tabungan valas Tanda 360 Plus dari OCBC NISP telah dilengkapi dengan 12 mata uang di satu tabungan dan dibebaskan memilih mata uang asing yang dibutuhkan.
Sobat OCBC NISP pun bisa melakukan transaksi sesuka hari tanpa biaya tambahan (S&K berlaku).
Jadi, daripada nyalahin privilege orang lain, mending NYALA-in aja privilege-mu dengan tabungan valas Tanda 360 Plus sekarang juga.
Yuk, wujudkan mimpi dan menjadi #FinanciallyFit bersama OCBC NISP!
Baca Juga: 10 Tips Beasiswa di Luar Negeri, Calon Mahasiswa Wajib Tahu!