Mengenal Apa Itu PDB atau Produk Domestik Bruto dan Contohnya

21 Mar 2022 Ditulis oleh: Redaksi OCBC NISP

PDB adalah singkatan dari Produk Domestik Nasional. Berikut penjelasannya.

Produk Domestik Bruto atau biasa disingkat PDB adalah salah satu indikator untuk menilai perkembangan ekonomi suatu negara. Istilah yang dalam bahasa Inggris disebut dengan GDP (Gross Domestic Product) ini pada praktiknya dapat menjadi acuan sebagai dasar pengambilan sebuah keputusan ataupun penetapan kebijakan nasional.

Untuk mengetahui pengertian PDB secara lebih jelas, Anda bisa menyimak pembahasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.


Apa itu PDB?

Produk Domestik Bruto atau PDB adalah sebuah istilah yang seringkali disebut pada bahasa internasional yaitu GDP atau Gross Domestic Product. Secara umum, PDB adalah jumlah produksi baik itu barang atau jasa yang sudah dihasilkan oleh unit produksi di suatu daerah pada waktu tertentu.

Dengan kata lain, PDB dapat dijadikan tolok ukur dari pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Selain itu, dapat dikatakan PDB adalah sebagai indikator ekonomi negara dalam mengukur jumlah total nilai produksi, yang mana jumlah total ini dihasilkan oleh seluruh individu atau perusahaan baik itu yang dimiliki dalam negeri maupun negara asing.


Perbedaan PDB dan PNB

Seperti dijelaskan di awal, PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh semua unit usaha dalam sebuah negara tertentu, atau jumlah nilai barang dan jasa final yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi.

Sedangkan PNB adalah PDB yang ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto sendiri adalah pendapatan yang dihasilkan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik masyarakat Indonesia yang diperoleh dari luar negeri lalu dikurangi oleh pendapatan yang sama milik masyarakat negara asing yang diterima di Indonesia.


Sejarah singkat PDB

Pada sejarahnya, awal mula pembuatan PDB adalah sebagai respon atas terjadinya depresi besar yang dialami oleh perekonomian Amerika Serikat kala itu. Setelah dilakukan berbagai macam penelitian oleh para ahli ekonomi, pada akhirnya lembaga riset ekonomi Amerika Serikat menciptakan langkah baru untuk mengukur tingkat perekonomian sebuah negara.

Cara yang diusulkan oleh lembaga ahli tersebut adalah Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP). Akan tetapi, sesudah dilaksanakannya konferensi Bretton Woods pada tahun 1944, sistem yang diusulkan untuk mengukur perekonomian global justru merupakan PDB.

Meskipun AS pada kala itu mengusulkan yang menjadi tolok ukur perekonomian internasional adalah PDB, namun AS sendiri justru lebih berminat untuk menggunakan cara PNB, sampai akhirnya istilah itu diganti menjadi PDB pada tahun 1991.


Komponen PDB

Lalu, berikut ini terdapat beberapa komponen yang menyusun PDB. Komponen PDB adalah dibagi menjadi 4, antara lain:

  1. Konsumsi privat
    Komponen ini menghitung konsumsi dari individu atau rumah tangga untuk sejumlah jenis barang, di antaranya:

    • Durable Goods yaitu barang tahan lama atau tidak mudah rusak yang biasanya memiliki umur relatif panjang atau lebih dari 3 tahun. Contohnya motor, mobil, alat elektronik dan lain-lain namun tak termasuk pembelian rumah baru.
    • Non-Durable Goods yaitu barang yang seketika dikonsumsi dan habis manfaatnya. Misalnya, makanan, minuman, obat dan lain sebagainya.
    • Service yaitu konsumsi yang jasanya dimanfaatkan. Contohnya, jasa dokter, jasa pelayanan publik, dan sebagainya.
  2. Investasi
    Lalu, komponen kedua dari PDB adalah investasi yang menghitung suatu pengeluaran untuk barang modal. Misalnya pembelian rumah, pembangunan pabrik baru, program baru, dan beberapa jenis investasi lainnya.

  3. Pengeluaran pemerintah
    Pengeluaran pemerintah atau government spending adalah komponen yang menghitung seluruh pengeluaran pemerintah. Contohnya membayar gaji PNS atau ASN, membeli alutsista militer, membangun infrastruktur dan lain-lain.

  4. Ekspor bersih
    Kemudian, komponen terakhir penyusun PDB adalah ekspor bersih yang menghitung selisih antara total ekspor yang didapat lalu dikurangi dengan total impor.


Manfaat PDB

PDB memberikan berbagai macam manfaat sebagai alat ukur perekonomian suatu negara. Berikut ini 4 manfaat yang dihasilkan dari PDB adalah:

  1. Indikator laju perkembangan ekonomi nasional
    Dengan menggunakan PDB, negara akan mampu memperoleh informasi riil terkait pertumbuhan perekonomiannya. Selain itu, negara juga dapat menganalisis data terkait faktor-faktor apa saja yang bisa dimaksimalkan dan perlu ditingkatkan kembali.

  2. Memahami struktur perekonomian suatu negara
    Manfaat kedua dari hasil PDB adalah negara akan mampu mengukur dan menganalisa terkait sektor-sektor apa saja yang perlu diperbaiki dan harus ditingkatkan.

  3. Membandingkan kemajuan ekonomi antar negara
    Perlu Anda ketahui bahwa setiap negara tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tanpa adanya alat ukur perekonomian yang baik, wujud kelebihan dan kekurangan tersebut pastinya akan susah untuk dibuktikan.

    Dengan pengukuran yang dilakukan PDB, berbagai negara di penjuru dunia akan mampu menentukan siapa yang lebih unggul dan belum unggul. Hasilnya, apa yang sekarang kita ketahui dengan istilah sebutan negara G7 dan G20 yang di dalamnya meliputi daftar beberapa negara dengan tingkat perekonomian sangat kuat.

  4. Dasar perumusan kebijakan pemerintah
    Manfaat terakhir dari PDB adalah dapat menjadi dasar perumusan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah negara agar bisa diandalkan. Dengan memanfaatkan data yang tersedia di PDB, minimal pemerintah dapat memperoleh bantuan dalam membuat kebijakan-kebijakan penting.


PDB riil dan PDB nominal

Produk Domestik Bruto (PDB) riil diproyeksikan sebagai nilai moneter dari total jumlah penghasilan yang telah disesuaikan dengan perubahan harga. Hal tersebut diukur dengan menggunakan harga konstan. Sehingga hasil nilainya akan mengacuhkan dampak inflasi atau deflasi di akhir nilai.

Oleh karena itu, adanya perubahan dari waktu ke waktu memproyeksikan adanya perubahan kuantitas hasil. Dengan alasan tersebut, maka persentase perubahan yang ada di PDB riil mampu mengukur pertumbuhan ekonomi sebuah negara.

Lain halnya dengan PDB nominal, di dalamnya tidak dilakukan penyesuaian perubahan harga sebab PDB ini memanfaatkan harga sekarang untuk rumus perhitungannya, yang mungkin meningkat ketika inflasi atau menurun ketika deflasi.

Maka dari itu, nilainya pun pastinya akan berubah-ubah karena adanya perubahan kuantitas, harga, dan atau gabungan antara keduanya. Dari alasan tersebutlah negara tidak menjadikan PDB nominal sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi.


Rumus menghitung PDB

Berikut ini cara menghitung dan rumus PDB adalah:

PDB = C + I + G + (X-M)

Keterangan:
PDB: Produk Domestik Bruto
C : Konsumsi rumah tangga
I : Investasi
G : Konsumsi pemerintah
X : Ekspor
M : Impor

Agar Anda semakin memahami arti dari rumus di atas, berikut contoh PDB secara sederhana:

Indonesia memiliki sumber ekonomi dari memproduksi, menjual dan juga mengonsumsi jeruk. Tahun lalu, tercatat ada sekitar 1 miliar jeruk yang telah terjual dalam ekonomi negara Indonesia, dimana setiap jeruk dihargai 500 rupiah. Maka, PDB Indonesia di tahun lalu dapat dinilai sejumlah Rp 500 miliar.

Lalu untuk tahun ini, Indonesia memproduksi 1,3 miliar jeruk, 1,1 miliar jeruk untuk dikonsumsi masyarakat. Maka, tersisa 200 juta jeruk, sisa tersebut selanjutnya diekspor (dijual) ke negara tetangga.

Semua jeruk yang telah terjual dihargai 650 rupiah per buah. Sehingga dapat dikatakan bahwa PDB Indonesia saat ini adalah Rp 715 miliar. Bisa disimpulkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia kurang lebih 40% mengingat tahun lalu PDB adalah Rp 500 miliar dan tahun ini meningkat ke Rp 715 miliar.


Kritik terhadap PDB

PDB adalah alat ukur perekonomian sebuah negara semenjak puluhan tahun lalu, hal itu tentunya tidak lepas dari adanya kritikan dari berbagai pihak. Berikut beberapa kritik terhadap PDB, di antaranya:

  1. Terbatas dalam satu wilayah saja
    Saat ini, perbatasan suatu negara menjadi hal yang makin lama semakin menipis. Berbagai perusahaan domestik mulai banyak yang melakukan ekspansi bisnisnya ke negara lain.

    Akan tetapi, PDB tidak bisa menilai semua laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang pergi dari negara asalnya. Hal tersebut dapat memicu perbedaan signifikan ketika nilai PDB dibandingkan dengan nilai PNB.

  2. Tidak mengukur aktivitas perekonomian lain
    PDB diukur dengan melibatkan kegiatan belanja, investasi, ekspor serta impor sebuah negara. Padahal, semua yang masuk ke dalam perhitungan tersebut hanyalah yang tercatat saja. Nyatanya, terdapat kegiatan lain yang berpeluang tidak tercatat, seperti kegiatan pedagang kaki lima dan UMKM.

  3. Tidak memperhitungkan nilai kesejahteraan
    Dalam perhitungan PDB, semakin tinggi nilai transaksi negara, maka semakin tinggi pula nilai PDB-nya. Tetapi, nilai transaksi tersebut belum tentu mampu menggambarkan kesejahteraan sebenarnya kepada masyarakat negara tersebut.

    Terlepas dari kritik-kritik dari berbagai pihak terhadap PDB, tetap saja PDB adalah alat ukur perekonomian yang paling sering digunakan oleh negara-negara di penjuru dunia.

    Hal itu dikarenakan belum ada cara lain yang bisa menghasilkan perhitungan lebih komprehensif dari PDB. Oleh karena itu, PDB tetap digunakan oleh negara-negara internasional hingga sekarang.


Demikian penjelasan seputar apa itu PDB, mulai dari pengertian, komponen, manfaat, hingga kritik dan rumus menghitungnya. Jika tertarik dengan informasi tentang perkembangan ekonomi, Anda bisa mengikuti update artikel dari OCBC setiap harinya. Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya!



Baca Juga:


Story for your Inspiration

Baca

News Update - 20 Des 2024

Four lessons from the US inflation data

Baca

Investasi - 18 Des 2024

Pinjol Makin Mudah, Hati-hati Terjebak Hutang Konsumtif

See All

Produk Terkait

OCBC mobile
ONe Mobile

OCBC mobile

Tumbuhkan uang dalam 1 aplikasi bersama OCBC mobile yang baru.

Download OCBC mobile