Bagaimana cara menghitung tingkat inflasi? Berikut penjelasannya.
Menghitung tingkat inflasi kerap menjadi perbincangan hangat ketika membahas tentang ekonomi dan nilai uang. Saat terjadi kenaikan harga, otomatis nilai uang pun akan ikut menurun. Sehingga, diperlukan kebijakan yang efektif guna menjaga aset dari penyusutan akibat inflasi.
Anda dapat memperkirakan tingkat inflasi Indonesia dalam beberapa tahun yang akan datang untuk menentukan kemana arah investasi agar nilainya tetap aman. Oleh karenanya, dalam ulasan kali ini, OCBC akan membahas penyebab kenaikan inflasi hingga simulasi perhitungannya. Simak yuk!
Secara umum, tingkat inflasi adalah skala kenaikan harga pada barang maupun jasa selama jangka waktu tertentu. Jika harga barang dan jasa mengalami peningkatan, maka inflasi juga akan mengalami kenaikan.
Berdasarkan Bank Indonesia, tingkat inflasi adalah pertumbuhan harga secara kontinu dalam periode waktu tertentu. Adapun, pertumbuhan harga yang dimaksud yaitu kenaikan harga dari beberapa barang yang juga akan berdampak pada kenaikan harga barang lainnya.
Pasalnya, dengan menghitung tingkat inflasi, secara tak langsung dapat melihat penurunan daya beli dan juga nilai mata uang dalam suatu negara, yang nantinya akan dicatat ke dalam bentuk persentase.
Berdasarkan tingkat keparahannya, kenaikan angka inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa kategori. Diantaranya sebagai berikut.
Inflasi ringan, yaitu tingkat keparahan inflasi kurang dari 10% per tahun.
Inflasi sedang, tingkat keparahan inflasi di antara 10% - 30% per tahun.
Inflasi berat, yaitu tingkat keparahan berkisar antara 30% – 100% per tahun.
Hiperinflasi, yaitu ketika tingkat keparahan inflasi mencapai lebih dari 100% per tahun
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingkat inflasi Indonesia mengalami peningkatan. Berikut ini penjelasan lengkapnya.
Konsumsi Masyarakat yang Meningkat
Peningkatan konsumsi masyarakat akan menyebabkan persediaan barang menurun dengan cepat. Karena permintaan terus naik, namun persediaan mengalami kendala sehingga tidak dapat mengimbangi permintaan konsumen, maka menimbulkan kenaikan harga.
Likuiditas Pasar yang Berlebihan
Likuiditas berkaitan erat dengan jumlah uang yang beredar di tengah masyarakat. Pasalnya, semakin banyak jumlah uang yang beredar, maka kegiatan konsumsi masyarakat semakin meningkat. Hal inilah yang nantinya akan memicu kenaikan inflasi.
● Distribusi Barang Tidak Lancar
Distribusi barang yang macet juga dapat menyebabkan peningkatan angka inflasi. Misalnya, Anda tinggal di sebuah pulau terpencil, saat gelombang air laut sedang pasang, maka otomatis Pertamina tidak dapat memasok persediaan BBM.
Hal ini disebabkan karena Pertamina tidak dapat memasuki pulau dan tidak dapat menghantarkan BBM yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat disana. Akibatnya akan terjadi kelangkaan BBM, sehingga menimbulkan inflasi.
Setelah memahami apa itu inflasi dan faktor penyebabnya, penting bagi Anda untuk mengetahui bagaimana cara menghitung tingkat inflasi. Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menghitungnya. Diantaranya sebagai berikut.
Indeks Harga Konsumen (IHK), yaitu untuk menghitung tingkat inflasi dengan rerata total harga dari penjualan barang yang dibeli oleh konsumen.
Deflator PDB, yaitu untuk menghitung besaran perubahan harga pada keseluruhan barang, baik itu barang baru, barang produksi lokal, barang jadi maupun jasa.
Indeks harga produsen, yaitu indeks yang digunakan untuk mengukur harga barang yang dibutuhkan oleh produsen dalam melakukan proses produksi.
Indeks harga komoditas, yaitu indeks digunakan untuk menghitung harga pada beberapa barang tertentu.
Indeks biaya hidup, yaitu indeks yang digunakan untuk mengukur biaya hidup masyarakat (cost living index)
Kenaikan inflasi biasanya dihitung menggunakan rumus tingkat inflasi. Rumus tersebut akan menunjukkan seberapa besar peningkatan indeks harga konsumen (IHK) pada beberapa jenis barang atau jasa tertentu dengan membandingkan IHK pada masa lalu dan masa sekarang.
Tingkat Inflasi = [(IHK masa sekarang – IHK masa lalu) / IHK masa sekarang] x 100%
Misalnya, Anda ingin mengetahui tingkat kenaikan inflasi pada harga BBM Premium di tahun 2010 dan 2019. Harga BBM Premium pada tahun 2011 adalah Rp4,5 ribu per liter, sedangkan harga Premium pada tahun 2021 sebesar Rp6,5 ribu per liter. Maka kenaikan inflasinya adalah sebesar?
Tingkat inflasi
= [(Rp6,5 ribu - Rp4,5 ribu) / Rp6,5 ribu] x 100%
= 0,3076 x 100%
= 30,76 %
Dengan hasil tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa harga Premium mengalami inflasi sebesar 30,76% dari tahun 2011 hingga 2021, atau 3,07% per tahun. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa harga Premium termasuk ke dalam kategori inflasi ringan, karena dalam jangka waktu 10 tahun mengalami inflasi kurang dari 10% per tahunnya.
Saat terjadi kenaikan inflasi di tengah masyarakat, Pemerintah akan menerapkan beberapa kebijakan, strategi, serta instrumen untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pasalnya, Pemerintah harus menjaga angka inflasi di angka 3,5% untuk mencapai perekonomian yang stabil.
Beberapa kebijakan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah diantaranya dengan menerapkan kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan kebijakan lainnya. Selain itu, salah satu program yang masih terus dijalankan untuk menjaga angka inflasi adalah 4K.
Program 4K tersebut merupakan kebijakan yang mengatur tentang Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Koordinasi komunikasi yang efektif, hingga Kelancaran distribusi. Nantinya, keempat komponen ini dapat membantu Pemerintah untuk menghindari inflasi yang meningkat.
Itulah informasi lengkap terkait cara menghitung tingkat inflasi. Seperti yang telah diketahui bersama, inflasi adalah salah satu penanda bahwa ekonomi suatu negara sedang tidak baik, sehingga ketika hal ini terjadi, salah satu cara yang bisa meminimalisirnya adalah dengan aktif menabung atau berinvestasi. Yuk dukung kestabilan ekonomi negara mulai dari sekarang!