Bubble economy adalah kondisi saat spekulasi masyarakat mengakibatkan kenaikan harga barang tertentu. Kenali penyebab, tanda terjadi dan contohnya disini
Terdapat beragam alasan kenapa krisis ekonomi bisa terjadi di suatu negara, wilayah, atau seluruh dunia, bubble economy adalah salah satunya. Jika tidak hati-hati, Anda bisa menjadi korbannya dan mengalami kerugian dalam jumlah besar. Jadi, sebenarnya apa pengertian bubble economy? Apa penyebabnya? Simak pembahasannya dari OCBC NISP berikut ini.
Bubble economy adalah istilah bahasa Inggris dari kata “bubble” artinya gelembung dan “economy” berarti ekonomi. Jika digabungkan, pengertian bubble economy adalah perubahan siklus ekonomi yang terjadi sangat cepat digambarkan melalui peningkatan nilai suatu obyek hingga melebihi nilai intrinsik aset tersebut.
Seperti konsep gelembung, semakin cepat ditiup maka semakin membesar hingga kemudian pecah. Bila harga gelembung ekonomi semakin tinggi, maka suatu ketika dapat mengalami kehilangan nilainya sama sekali. Dalam hal ini, obyek gelembung ekonomi berupa aset, properti, atau produk investasi lainnya.
Gelembung ekonomi tidak muncul begitu saja. Terdapat tanda-tanda terjadinya gelembung ekonomi, berikut penjelasannya.
Harga Meningkat Cukup Pesat
Tanda-tanda awal dari bubble economy adalah peningkatan harga sangat cepat. Perbandingan harga antar periode mempunyai selisih tinggi, karena pesatnya perubahan harga. Saat harga telah melangit, maka tak lama kemudian harga akan meletus menjadi tidak bernilai, seperti gelembung sabun.
Banyaknya Pemodal Secara Masif
Ramainya investor menanamkan modalnya merupakan tanda-tanda gelembung ekonomi berikutnya. Karena harga cepat melambung tinggi, maka para pemodal tertarik berinvestasi dengan spekulasi harga akan terus naik dan berlipat ganda dari harga awal mereka membeli barang tersebut.
Berinvestasi Tanpa Ilmu dan Hanya Euforia Saja
Terakhir, gejala bubble economy adalah orang-orang berinvestasi tanpa memiliki analisis dan ilmu investasi yang mumpuni. Dengan kata lain, korban bubble economy biasanya jatuh karena sekadar mengikuti tren. Saat euforia terjadi, korban bubble economy akan menimbun barang sebanyak-banyaknya, sebelum kemudian merugi karena tren barang tiba-tiba anjlok.
Pastinya terdapat hal-hal yang melatarbelakangi gelembung ekonomi. Selengkapnya tentang faktor penyebab bubble economy adalah sebagai berikut.
Likuiditas Uang Berlebihan
Penyebab pertama terjadinya gelembung ekonomi adalah likuiditas uang berlebihan. Saat likuiditas berlebihan terjadi, masyarakat akan bisa membeli barang semahal apapun harganya di pasar. Akhirnya setelah beberapa saat, obyek tersebut menjadi tidak bernilai sehingga kemudian harganya turun drastis.
Kepercayaan Berlebihan Terhadap Nilai Suatu Aset
Gelembung ekonomi dapat terjadi ketika orang percaya secara berlebihan terhadap nilai suatu aset, namun tiba-tiba harga aset jatuh seketika. Masyarakat yang optimis akan terus menerus berinvestasi atau membeli suatu aset dengan spekulasi keuntungan berlipat. Akhirnya saat harga produk terjun, masyarakat pun menderita kerugian dalam jumlah besar.
Kenaikan Harga Suatu Aset Terus Menerus
Penyebab lain dari bubble economy adalah harga terus meningkat tak terkendali. Ketika harga terus melambung naik, orang-orang melihat tersebut sebagai kesempatan meraup keuntungan dalam berinvestasi. Akibatnya, masyarakat berlomba-lomba membeli atau berinvestasi hingga suatu saat harganya jatuh karena tidak lagi bernilai/ada regulasi yang menetapkan batas harga maksimal.
Terlalu Mengikuti Tren Karena FOMO
Tergiur dengan tren dan takut ketinggalan dapat menjadi penyebab terjadinya gelembung ekonomi. Orang-orang yang melakukan transaksi baik pembelian atau investasi dengan alasan sekedar ikut-ikutan dan gejala FOMO akan membuat harga melambung tinggi. Namun setelah trennya turun, harga barang pun akan ikut jeblok dan merugikan para investornya.
Kesalahan Pemerintah dalam Membuat Kebijakan
Penyebab terakhir dari gelembung ekonomi adalah kebijakan pemerintah yang tidak tepat. Suatu keputusan atau kebijakan ekonomi mampu mengakibatkan gelembung ekonomi. Misalnya, ketetapan suatu aturan membuat negara mengalami deflasi sehingga gelembung ekonomi pun tak terhindarkan.
Gelembung ekonomi terdiri dari dua jenis yakni gelembung aset/investasi dan hutang. Masing-masing penjelasannya dapat disimak di bawah ini.
Gelembung Aset/Investasi
Jenis pertama ialah gelembung aset/investasi, yaitu fenomena investasi atau membeli aset secara besar-besaran dengan tujuan mendapatkan keuntungan, tetapi banyak permintaan yang tidak diiringi kontrol uang beredar membuat produk investasi tersebut menjadi turun nilainya.
Gelembung Hutang
Sementara itu, gelembung hutang adalah fenomena dimana masyarakat berhutang secara besar-besaran tanpa memperhatikan kemampuan dan pihak bank memberikannya dengan agunan tak senilai. Akibatnya, kreditur tidak mampu mengembalikan hutang dan terjadi kredit macet sehingga bank mengalami krisis mata uang dan kerugian.
Gelembung ekonomi tidak terjadi begitu saja. Terdapat tahapan-tahapan munculnya fenomena tersebut, diantaran
Displacement
Tahap awal dimulai dengan munculnya ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya pada instrumen yang dilihat berpeluang menguntungkan. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah, kecilnya nilai bunga, dan sejenisnya. Akibatnya, banyak orang berbondong-bondong untuk berinvestasi pada peluang tersebut.
Boom/Bloom
Proses berikutnya adalah boom. Tingginya minat terhadap suatu obyek membuat harga cepat meninggi. Kondisi ini dirasa memiliki jaminan keuntungan mengingat harganya terus naik.
Euphoria
Tahapan berikutnya dari bubble economy adalah orang menjadi berlomba-lomba untuk mengikuti tren investasi atau pembelian obyek dengan iming-iming jaminan keuntungan akibat dari harga terus meningkat. Di fase euforia, harga obyek yang terkena gelembung ekonomi akan naik setinggi-tingginya karena membludaknya demand (permintaan).
Profit Taking
Siklus selanjutnya terjadilah profit taking dimana investor menjual berbagai aset yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan. Di fase ini, akan muncul banyak orang kaya mendadak akibat keuntungan luar biasa dari obyek investasi. Namun demikian, kekayaan ini hanya dialami segelintir orang saja, karena mayoritas orang terus menimbun aset dengan harapan akan jadi lebih kaya di masa depan.
Panic
Tahapan terakhir dari bubble economy adalah harga aset menjadi turun drastis karena banyak pemodal menjual asetnya dan menjadikan obyek tersebut nilainya turun. Akhirnya kerugian besar-besaran pun terjadi, karena aset menjadi tidak bernilai dan kehilangan peminat.
Gelembung ekonomi pernah terjadi nyata dalam sejarah ekonomi di berbagai negara. Adapun contoh bubble economy adalah sebagai berikut.
The Dutch Tulip Bubble
Contoh bubble economy pertama datang dari Belanda sebagai negara Tulip. Saat itu, harga bunga Tulip melambung dua puluh kali lipat dari harga awal. Peningkatan harga tulip semakin naik seiring tingginya permintaan. Hingga suatu titik, harga umbi tulip dua kali lebih mahal daripada harga aset.
Gara-gara semakin banyak orang memiliki umbi tulip, harganya pun jadi turun drastis dan para investor tulip pun rugi besar, bahkan ada yang sampai jatuh miskin.
Kasus BLBI - Krisis Moneter Indonesia
Contoh bubble economy berikutnya datang dari Indonesia. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebagai bentuk solusi dari Bank Indonesia memberikan bantuan pinjaman kepada bank-bank. Namun karena krisis moneter 1998 mengakibatkan mata uang rupiah memburuk sehingga para debitur tidak bisa melunasi hutang kepada bank. Akibatnya terjadi kredit macet yang merugikan perbankan nasional.
Gelembung Ekonomi Jepang
Contoh bubble economy Jepang terjadi karena kebijakan pemerintah yang tidak tepat dan berdampak buruk. Kebijakan moneter diluncurkan oleh pemerintah Jepang untuk mengatasi resesi dan lonjakan mata uang Yen. Akibat dari langkah tersebut membuat saham Jepang dan lahan perkotaan nilainya melambung tiga kali lipat. Harga tersebut meletus menjadi turun drastis di tahun 1991 sehingga berdampak pada deflasi Jepang belasan tahun.
Setelah mengetahui pengertian bubble economy hingga penyebab dan tahapannya, Anda bisa mencegah diri dari korban gelembung ekonomi dengan cara berikut ini.
Jangan Mudah Terkena FOMO
Cara pertama dengan melindungi diri agar tidak mudah terpengaruh FOMO. Sebelum memutuskan investasi, sebaiknya lakukan analisa mendalam terhadap tren yang sedang marak. Bila Anda tidak mampu melakukan analisa peluang investasi di obyek trending, jangan dipaksakan.
Hindari Instrumen Investasi dengan Keuntungan Terlalu Besar
Berhati-hati dalam berinvestasi penting dilakukan untuk mencegah terjadinya gelembung ekonomi. Meskipun tujuan investasi untuk meraih keuntungan, namun jangan sampai tergiur dengan profit sangat besar. Karena instrumen tersebut berpotensi mengalami gelembung ekonomi di masa depan.
Lakukan Investasi dengan Cerdas dan Bijak
Tips berikutnya dengan bersikap bijak dan cerdas saat berinvestasi. Investasi merupakan hal penting, namun bukan berarti Anda berinvestasi hanya sekedar ikut-ikutan. Silahkan berinvestasi dengan mengenali profil risiko dan menganalisa sesuai ilmu investasi yang Anda anut.
Jangan Mengikuti Spekulasi Pasar Saat Membuat Keputusan Finansial
Terakhir, cara melindungi diri dari bubble economy adalah memutuskan pilihan finansial sesuai dengan kebutuhan diri sendiri. Jangan mengikuti spekulasi pasar terhadap suatu obyek untuk membuat keputusan investasi, karena hal ini berpotensi menjebak Anda menjadi korban gelembung ekonomi berikutnya.
Demikian pembahasan dari OCBC NISP tentang pengertian bubble economy, penyebab, contoh, dan tips menghindarinya! Bubble economy adalah kondisi yang terbukti telah merugikan banyak orang di masa lalu, sehingga pastikan Anda tidak mengulanginya ya!