Kelebihan dan kekurangan saham dn reksa dana, mana yang sebaiknya dipilih untuk investasi berdasarkan resiko
Era digital memang mengubah kebiasaan banyak orang. Semakin mudah kita mengakses informasi, maka jadi semakin mudah juga kita menemukan keinginan-keinginan yang terpendam. Gara-gara itu, nggak heran kalo kita jadi semakin konsumtif.
Apa itu makan? Yang penting khilaf! Checkout semua belanjaan, gaes!
Tak heran jika kemudian muncul gerakan yang menyuarakan tentang pentingnya belajar mengelola uang di masa muda. Contoh yang paling populer adalah Alodita dan Raditya Dika, mereka pernah beberapa kali membahas soal financial management bagi kaum muda yang memang cenderung impulsif saat ngeluarin duit.
Lantas, gimana sih caranya mengelola uang di tengah kobaran hasrat belanja yang menggebu-gebu?
Salah satu cara mengelola uang yang cukup sering digaungkan oleh para financial expert adalah investasi. Investasi berarti menaruh atau menanam modal di sebuah usaha atau proyek, supaya bisa mendapat keuntungan di kemudian hari.
Gampangnya, kita kayak ngasih modal ke orang lain, modal itu diputar jadi penjualan, dari hasil penjualan itu nanti dibagi sekian persen ke kita. In theory, dengan begini, kita bisa tetap punya tabungan tanpa menghilangkan hasrat belanja sama sekali. Menarik, kan?
Nah, jenis-jenis investasi itu sebenarnya ada banyak. Tapi, kalau ngomongin popularitas, yang sedang jadi primadona di kalangan anak-anak muda itu saham dan reksadana.
Nah, lho. Apaan, tuh? Apa bedanya saham dan reksadana?
Oke, kami jelasin dari saham dulu.
Saham dapat diartikan sebagai bentuk kepemilikan seseorang di sebuah perusahaan. Sederhananya, saham adalah kita menanam modal di sebuah bidang usaha.
Untuk mendapatkan saham, biasanya dilakukan oleh jasa perantara atau yang biasa disebut broker. Perantara inilah yang akan menghubungkanmu dengan perusahaan yang ingin kamu beli sahamnya. Di Indonesia, para perantara ini tergabung dalam sebuah lembaga yang disebut Perusahaan Efek.
Jadi, secara teori kita bisa membeli saham perusahaan apa saja? Termasuk perusahaan mie instan yang setiap hari kita makan?
Yes. Bisa banget. Kamu tinggal datang ke Perusahaan Efek, melakukan transaksi, lalu pilih perusahaan yang mau kamu beli sahamnya. Singkatnya demikian.
Namun, kamu harus perhatikan juga, bermain saham ini juga risikonya terbilang besar. Karena akan tergantung dari bagaimana kondisi bisnis di perusahaan yang kamu tanamkan uang. Untung bareng, rugi pun bareng. Riset dan insting bisnis adalah kunci yang penting di permainan saham.
Lalu, apa itu reksa dana?
Reksa dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk diinvestasikan ke dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. (pihak yang bertanggung jawab dan mengelola Portofolio Efek).
Aduh, apa pula itu Portofolio Efek dan Manajer Investasi?
Portofolio Efek itu adalah kumpulan surat berharga, seperti obligasi, deposito, bahkan saham. Sedangkan Manajer Investasi adalah orang/lembaga yang bertanggung jawab mengelola uang investasimu.
Jadi, teorinya kita tidak harus memilih sendiri di mana uang kita harus diinvestasikan?
Betul. Kalau di investasi saham, dana dikelola sendiri oleh investor. Kalau di investasi reksa dana, dana dikelola oleh Manajer Investasi yang sudah jauh lebih ahli melihat pergerakan pasar. Artinya, risikonya jauh lebih rendah ketimbang bermain saham.
Nah, kalau kamu pengen coba bermain di investasi reksa dana, OCBC NISP punya beberapa produk reksa dana yang mungkin cocok buat kamu. Setidaknya kami punya 6 produk reksa dana:
1. Reksa dana pasar uang
2. Reksa dana pendapatan tetap
3. Reksa dana campuran
4. Reksa dana saham
5. Reksa dana terproteksi
6. Reksa dana berjangka
Kamu bisa memilih sendiri di mana uangmu akan diinvestasikan. Misal, reksa dana pasar uang, berarti uang kita akan diputar di pasar valuta asing. Reksa dana saham berarti uang kita akan diputar di pasar saham. Dan seterusnya.
Ingin tahu lebih jelas perbedaan spesifik dari keenam produk reksa dana ini? Untuk informasi lebih lanjut, kamu bisa baca di sini ya
Hmm, jadi mana yang lebih cocok buat kaum khilaf seperti kita?
Soal cocok dan tidak cocok, pada akhirnya keputusan berada di tanganmu sendiri.
Berinvestasi itu berarti kamu yang memilih sendiri risikonya. Kalau kamu tipe risk taker, kamu akan lebih cocok bermain saham. High risk means high return. Kalau pas untung bisa untung gede, tapi kalau rugi bisa rugi gede.
Tapi, kalau kamu tipe orang yang pengen main aman, reksa dana jauh lebih cocok untuk kamu. Ya, mungkin timbal baliknya tidak akan sebesar main saham, tetapi kondisi investasimu akan jauh lebih stabil. Passive income akan ada terus walau tidak besar.
Namun terlepas dari semua itu, keduanya sama-sama baik, hanya berbeda level risikonya saja. Apalagi di masa sulit seperti sekarang, investasi bisa menjadi game changer. Setidaknya, kita bisa tetap menabung, tetap ada uang pegangan.
Lebih baik investasi daripada tidak investasi sama sekali.